REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) melalui anak perusahaan seperti PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV mulai serius masuk ke pasar ritel dengan produk kemasan gula 1 kg. Langkah ini diambil PTPN untuk memenuhi ketersediaan gula sebagai bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat dengan harga yang terjangkau.
"Hal itu sebagai langkah strategis dalam menjaga pasokan gula konsumsi dan stabilitas harga gula nasional," ujar Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara Muhammad Abdul Ghani dalam acara bertajuk "Gula PTPN Group Tembus Pasar Ritel" di Jakarta, Rabu (5/8).
Ghani menyampaikan langkah hilirisasi ini merupakan bagian dari strategi transformasi bisnis PTPN Grup sebagai perusahaan BUMN untuk ikut berperan dalam menjaga ketersediaan gula konsumsi sepanjang tahun dengan harga yang wajar dan menjaga ketahanan pangan nasional menuju swasembada gula.
"Produk gula kemasan ritel 1 kg merupakan langkah serius PTPN Grup sebagai bagian bisnis gula yang berkelanjutan sekaligus untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan dan stabilitas harga di masyarakat," ucap Ghani.
Menurut Ghani, perseroan memiliki strategi memperkuat komoditas gula dengan cara memperluas areal tanaman tebu dari sekitar 56 ribu hektare saat ini menjadi sekitar 80 ribu hektare dengan jalan mengkonversi lahan karet yang dimiliki lahan anak perusahaan serta bersinergi dengan perusahaan BUMN lain seperti Perum Perhutani.
Kata Ghani, PTPN Grup menargetkan gula konsumsi tahun ini sebanyak 1 juta ton. Produksi itu bersumber dari areal tanaman tebu milik PTPN yakni PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV maupun milik petani tahun ini sekitar 168 ribu hektare dan diproyeksikan mampu menghasilkan tebu untuk digiling sebanyak 12,2 juta ton.
"Dengan tingkat rendeman sekitar 8 persen, kami akan mampu mencapai gula konsumsi sekitar 1 juta ton," lanjut Ghani.
Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara Grup Dwi Sutoro mengatakan, dalam masa giling 2020, PTPN Grup memulai dengan kapasitas gula konsumsi kemasan 1 kg sekitar 40 ribu ton atau 40 juta pcs dan jumlah ini akan terus dikembangkan sebagai bagian dari rencana strategis PTPN Grup dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Selain itu, kata Dwi, PTPN akan tetap menggandeng petani tebu rakyat dalam meningkatkan produksi tebu dengan cara menjaga kestabilan harga di tingkat petani. Dengan cara itu, Dwi berharap minat petani tetap tinggi untuk memproduksi tebu sehingga secara langsung menambah kapasitas gula konsumsi dan menaikkan kesejahteraan petani tebu.
Dwi menjelaskan, untuk mencapai target gula konsumsi tersebut perseroan telah menyiapkan peralatan pabrik dengan maintenance dan investasi peralatan, analisa pendahuluan sampel tebu dan persiapan tebang, muat dan angkut (TMA) untuk menjamin keandalan dan efisiensi giling.
"Dengan perluasan area dan perbaikan kultur teknis, varietas dan tekhnologi, kami bisa memgula konsumsi lebih baik dan besar lagi," ujar Dwi.
Dwi menjelaskan strategi bisnis berkelanjutan merupakan komitmen PTPN Grup berada di pasar untuk bisa memenuhi kebutuhan gula masyarakat sepanjang tahun atau tidak hanya selama musim giling gula saja. Menurut Dwi, berbagai langkah strategi sudah dipersiapkan untuk menembus pasar ritel dengan memfokuskan pada brand atau merek masing-masing anak perusahaan PTPN yang sudah ada (existing) di daerah masing-masing dengan harga terjangkau sesuai ketentuan pemerintah.
Adapun PTPN II dengan area sekitar Sumatera Utara dengan brand Walini, PTPN VII sekitar area Lampung dengan brand Walini, PTPN IX, sekitar area Jawa Tengah, dengan brand Banaran, PTPN X sekitar Jawa Timur dengan brand Dasa Manis, PTPN XI sekitar Jawa Timur dengan brand Gupalas serta PTPN XIV di Sulawesi Selatan dengan brand Gollata.
"Produk kemasan gula ritel PTPN Grup berada di hampir seluruh penjuru Indonesia dengan jumlah produksi yang diharapkan cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat," lanjut Dwi.
Dwi mengatakan produk gula konsumsi ritel akan mulai diproduksi dan didistribusikan pada Juli 2020 dan direncanakan sampai musim giling Juli 2021. Distribusi akan dilakukan melalui kemitraaan dengan 65 koperasi dan 7 pelaku UMKM yang tersebar di enam anak perusahaan di seluruh Indonesia.
"Kami berkomitmen untuk menggandeng lebih banyak lagi koperasi dan UMKM di masa depan," ungkap Dwi.
Kata Dwi, untuk menjaga stok gula dapat dijual dengan harga sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp 12.500 per kg di level distributor seperti yang sudah ditetapkan pemerintah, PTPN Grup akan menjual kepada distributor, koperasi, maupun mitra bisnis UMKM di bawah harga tersebut.
"Tentu saja agar koperasi dan pelaku UMKM mendapat keuntungan yang layak," sambung Dwi.
Dia berharap koperasi dan pelaku UMKM bisa berperan aktif memasok kebutuhan gula ritel di tengah masyarakat yang pada akhirnya bisa berdampak positif bagi usaha mereka. Dengan demikian, kata Dwi, misi dan peran PTPN Holding sebagai perusahaan BUMN dalam menjaga ketersediaan pangan (food security) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat bisa terwujud.