Rabu 05 Aug 2020 13:53 WIB

Setiap 15 Detik, Satu Orang Meninggal Akibat Covid-19

Satu orang meninggal dunia setiap 15 detik akibat Covid-19 secara global.

 Guci dengan abu migran yang meninggal dengan COVID-19 di Amerika Serikat tiba di Puebla, Meksiko, 13 Juli 2020. Lebih dari 100 guci berisi abu para migran yang meninggal di Connecticut, New Jersey dan New York dikirim ke keluarga mereka di Meksiko.
Foto: EPA-EFE/HILDA RIOS
Guci dengan abu migran yang meninggal dengan COVID-19 di Amerika Serikat tiba di Puebla, Meksiko, 13 Juli 2020. Lebih dari 100 guci berisi abu para migran yang meninggal di Connecticut, New Jersey dan New York dikirim ke keluarga mereka di Meksiko.

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO - Satu orang meninggal dunia setiap 15 detik akibat Covid-19 secara global dengan kasus kematian yang melampaui angka 700.000 per Rabu (5/8). Amerika Serikat, Brazil, India, Meksiko menjadi negara terparah dalam menghadapi Covid-19.

Menurut penghitungan Reuters berdasarkan data dari dua pekan terakhir, secara rata-rata terdapat 5.900 pasien Covid-19 meninggal dunia dalam waktu 24 jam. Angka itu setara dengan 247 orang per jam, atau satu orang per 15 detik. Sementara untuk kasus infeksi, Amerika Serikat dan Amerika Latin menjadi episentrum baru pandemi Covid-19.

Awalnya, wabah masuk lebih lambat ke wilayah Amerika Latin yang berpenduduk total sekitar 640 juta orang itu dibandingkan dengan wilayah lain di dunia yang sudah lebih dahulu mengalami lonjakan kasus. Namun setelah penyakit infeksi virus Covid-19 itu masuk, pemerintah kesulitan mengendalikan penyebarannya karena masalah kemiskinan dan kepadatan penduduk.

Lebih dari 100 juta orang di wilayah Amerika Latin dan Karibia hidup dalam lingkungan kumuh, menurut data Program Permukiman Manusia PBB. Banyak pekerja sektor informal, yang kesulitan pula mengakses jaring pengaman sosial, yang harus lanjut bekerja di tengah pandemi.

Di Amerika Serikat, dengan penduduk sekitar 330 juta orang, perjuangan melawan pandemi juga mengalami sejumlah kendala, sekalipun negara itu merupakan salah satu yang terkaya di dunia. Tercatat sebanyak sekitar 4,8 juta orang di Amerika Serikat terinfeksi Covid-19 hingga 5 Agustus 2020 pagi. Pakar penyakit infeksi Dr. Anthony Fauci, pada Senin (3/8), menyebut bahwa wilayah negara bagian yang mengalami lonjakan kasus harus mempertimbangkan untuk kembali menerapkan penutupan wilayah.

sumber : Antara / Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement