REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengungkapkan belasungkawa dan simpati mendalam kepada keluarga korban ledakan di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8) pukul 18.02 waktu setempat. Hal itu ia ungkapkan melalui akun resmi Twitter terverifikasinya, Rabu (5/8).
"Belasungkawa dan simpati terdalam saya sampaikan kepada keluarga, orang-orang dan Pemerintah Lebanon setelah ledakan besar di Beirut, yang mengakibatkan korban jiwa dan ribuan orang terluka," ujar Menlu Retno.
Retno menegaskan bahwa Indonesia berdiri bersama dalam solidaritas dengan warga Lebanon pada masa duka ini. Hingga kini, belum segera jelas penyebab ledakan yang terjadi di pelabuhan Beirut.
Chief of General Security Abbas Ibrahim menyampaikan penelaahan awal bahwa terdapat 2.700 ton Amonium Nitrates yang meledak di Pelabuhan. Amonium Nitrate adalah material yang dapat meledak hebat dan sering digunakan untuk pupuk. Namun, bahan itu juga dimanfaatkan sebagai bahan peledak.
Sejauh ini, terdapat 73 korban jiwa dan sekurangnya 4.000 warga luka-luka. Sementara, 100 orang masih dilaporkan hilang.
Dewan Keamanan Tinggi Lebanon menyatakan ledakan Beirut adalah Disaster-Striken City/Kota yang terdampak oleh bencana dan menyatakan status ‘berkabung’ selama 3 hari. Pemerintah juga merekomendasikan kepada Kabinet untuk mendeklarasikan status darurat selama 14 pekan.
Duta Besar RI di Beirut Hajriyanto Y Thohari mengatakan, sejauh ini ada dua warga negara Indonesia (WNI) terdampak akibat ledakan tersebut.
"WNI yang terdampak ledakan adalah 1 orang luka ringan, dan 1 orang rumah rusak berat. Mereka semua selamat," kata Dubes Hajriyanto kepada Republika.co.id, Rabu.
Korban terdampak luka ringan diidentifikasi bernama Ni Nengah Erawati, seorang WNI pekerja spa di Kimantra, Jal El Dib, yang saat itu sedang berada di Beirut. "Kami sudah video call dengan yang bersangkutan dan beliau kondisinya stabil bisa berbicara dan jalan. Luka sudah dijahit oleh dokter. Saat ini sudah pulang dan berada di apartemen bersama 4 WNI lainnya di Jal El Dibz," ujar Dubes.