REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan upaya yang dilakukan untuk memediasi Iran dan Arab Saudi mengalami kemajuan. Namun dia mengakui progres berjalan lambat.
"Mediasi kami antara Iran dan Arab Saudi belum berhenti dan kami membuat kemajuan, meskipun lambat," kata Khan dalam sebuah wawancara dengan Aljazirah yang ditayangkan pada Rabu (5/8), dikutip laman Middle East Monitor.
Khan mengisyaratkan akan terus berupaya mendinginkan hubungan Riyadh dengan Teheran. "Kami melakukan segala upaya untuk menghindari konfrontasi militer antara Iran dan Arab Saudi, dan upaya kami berhasil," ujarnya.
Dalam wawancara itu Khan mengungkap bahwa Amerika Serikat (AS) adalah pihak meminta Pakistan membantu proses mediasi Iran dan Saudi. Pada Oktober tahun lalu, Khan sempat melakukan kunjungan ke Riyadh dan Teheran. Dia membawa misi menengahi pembicaraan antara kedua negara menyusul terjadinya serangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco yang terjadi sebulan sebelumnya.
Hubungan Arab Saudi dan Iran kembali memanas sejak dua fasilitas minyak Saudi Aramco diserang pada 14 September 2019. Serangan itu dilancarkan dengan mengerahkan 18 pesawat nirawak dan tujuh rudal jelajah. Sebanyak lima persen produksi minyak dunia dilaporkan terpangkas akibat peristiwa tersebut. Aramco diketahui merupakan perusahaan minyak terbesar di dunia.
Kelompok pemberontak Houthi Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun klaim mereka diragukan Barat mengingat kecanggihan dan daya jangkau serangan. AS bersama Inggris, Prancis, dan Jerman justru menuding Iran sebagai pihak yang mendalangi serangan ke fasilitas Aramco. Iran telah dengan tegas membantah terlibat dalam serangan terhadap Aramco.