Rabu 05 Aug 2020 17:28 WIB

Selandia Baru Minta Australia Tampung Teroris Christchurch

Selandia Baru menghabiskan banyak biaya untuk penembak Masjid Christchurch.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Selandia Baru Minta Australia Tampung Teroris Christchurch. Masjid Al Noor di Deans Avenue, Christchurch, Selandia Baru
Foto: EPA-EFE/MARTIN HUNTER
Selandia Baru Minta Australia Tampung Teroris Christchurch. Masjid Al Noor di Deans Avenue, Christchurch, Selandia Baru

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Para pemimpin Selandia Baru berupaya meminta Australia agar menampung teroris yang merupakan pelaku penembakan di masjid-masjid di Christchurch pada 2019. Brenton Tarrant, yang merupakan warga Australia berusia 28 tahun, dijatuhi hukuman seumur hidup bulan depan.

Namun, tidak jelas apakah ada kerangka hukum atau selera politik untuk pemindahan penembak massal terburuk di Selandia Baru itu. Tarrant kini bahkan menjadi narapidana paling mahal di negara itu.

Baca Juga

Wakil Perdana Menteri Selandia Baru, Winston Peters, telah meminta Australia mengambil alih Brenton Tarrant. Tarrant dibesarkan di kota Grafton di New South Wales, Australia. Karena itu, Peters mengatakan Tarrant harus berada di Australia.

"Saya meletakkan kartu saya di atas meja sambil berkata, 'Ayo, bawa dia kembali ke lingkungan penjaramu'. Itu pandangan saya sejak hari pertama, tetapi tentu saja, itu adalah peradilan, jadi saya tidak bisa mengatakan apa-apa sementara dia menanti persidangan. Setelah dijatuhi hukuman, itulah yang saya pikir harus terjadi," kata Peters kepada AAP, dilansir di SBS News, Rabu (5/8).

Namun demikian, Perdana Menteri Jacinda Ardern tidak terburu-buru tentang itu. Ia mengatakan, dia tidak akan pernah begitu saja tidak mempertimbangkannya. Namun, mereka perlu memastikan keadilan ditegakkan di negara itu terlebih dahulu.

Agar Tarrant menjalani masa tahanannya di Australia, kedua pemerintah di kedua pihak Tasman ini perlu menyetujuinya. Sementara Selandia Baru juga perlu menyetujui konvensi pemindahan narapidana.

Surat-surat Kabinet yang baru dirilis di Wellington telah mengungkapkan tingginya biaya penampungan Tarrant. Tarrant didakwa kasus pembunuhan, yang menewakan 51 orang dalam tragedi penembakan di masjid-masjid di Christchurch pada 15 Maret 2019.

Setidaknya, total senilai 3,59 juta dolar Selandia Baru telah disetujui untuk dua tahun pertama masa tinggal Tarrant di Penjara Paremoremo. Selain itu, 790 ribu dolar Selandia Baru telah disisihkan tahun ini untuk menyaring surat masuk dan keluar untuk narapidana berisiko tinggi.

Langkah itu secara langsung dikaitkan dengan insiden yang tidak menguntungkan tahun lalu, ketika salah satu surat Tarrant dilaporkan dikirim ke sebuah kontak di Rusia. Surat itu kemudian diunggah di forum online terkenal.

Setelah sidang pertamanya rampung pada 16 Maret 2019, Tarrant mendekam di sel isolasi Penjara Paremoremo di Auckland, yang dianggap sebagai bui paling keras di Selandia Baru. Ardern mengatakan, tagihan untuk menampung pria berusia 29 tahun itu sayangnya diperlukan. Ia menyebutnya sebagai kasus mahal.

"Jelas kita sudah melihat apa yang terjadi jika kita tidak memonitor dengan cermat, misalnya, korespondensi yang melibatkan individu itu, dan tentu saja beberapa tindakan pencegahan lain yang perlu kita lakukan terhadap teroris ini," kata Ardern.

Australia dan Selandia Baru sebenarnya merupakan sekutu dekat. Namun, keduanya terpecah soal masalah deportasi. Pemerintah Australia telah mendeportasi ribuan orang dengan paspor Kiwi ke Selandia Baru sejak 2014, termasuk banyak yang memiliki sedikit koneksi ke Aotearoa (nama Maori Selandia Baru).

Ardern  sangat kritis terhadap masalah deportasi. Ia mengatakan kepada Perdana Menteri Australia Scott Morrison, di Sydney pada Februari lalu agar tidak mendeportasi orang-orang mereka dan masalah mereka.

Namun pada Selasa, ia membuat sebuah perbedaan antara relokasi tahanan dan isu pelik itu, dengan mengatakan deportasi Australia terjadi pada akhir hukuman. Tarrant akan dijatuhi hukuman di Pengadilan Tinggi Christchurch dalam tiga pekan. Ini terjadi di tengah pemilihan nasional di negara itu.

Sementara itu, pemimpin oposisi Judith Collins membela biaya jutaan dolar yang dipatok untuk penampungan Tarrant. Ia mengatakan, hal itu memang sebuah godaan nyata bagi orang-orang untuk mengatakan agar mengirim pelaku kembali ke Australia sebelum dia menjalani hukuman. Namun, kata dia, ada sekitar 900 warga Selandia Baru di penjara-penjara Australia.

"Apakah Anda ingin kami mendapatkan semua itu kembali? Dia melakukan kejahatannya di sini. Kurasa dia perlu mendapatkan hukumannya di sini, meskipun itu menghabiskan banyak uang bagi kita," kata Collins.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement