REPUBLIKA.CO.ID, Nabi Muhammad SAW sedang bersedih. Orang-orang kafir Quraisy pun mengolok-oloknya, ''Muhammad telah ditinggalkan oleh Tuhannya.'' Ia kesepian. Hatinya terasa kering karena beberapa lama wahyu baru yang ditunggu tidak kunjung datang.
''Padahal, bagi Nabi Muhammad, wahyu adalah satu-satunya bekal untuk menghadapi beratnya medan perjuangan. Wahyu laksana minuman pelepas dahaga sekaligus hiburan dari Kekasih Tercinta,'' kata Sayyid Qutbh dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran.
Dalam keguncangan jiwa itu, turunlah surah Addhuha. Di ayat ke-5 dalam surah itu, Allah SWT berfirman:
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ
''Kelak, Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.''
Yang dimaksud karunia tersebut, kata Sayyid Qutbh, adalah pertolongan dalam dakwah. Allah akan menghilangkan rintangan dakwah Nabi-Nya, meninggikan manhaj-nya, serta memenangkan hak-haknya.
Apa yang dijanjikan Allah dalam surah Addhuha tercapai beberapa tahun setelah hijrah. Tepatnya, tahun ke-10 Hijriyah. Rasulullah berhasil merebut Makkah, kota yang sangat beliau cintai karena kesuciannya.
Kemenangan tersebut juga dijanjikan oleh Allah dalam surat Al-Qashash (28) ayat 85:
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍ ۚ
''Sesungguhnya, Dia (Allah) yang telah menjadikan ajaran Alquran sebagai panggilan kewajiban atas engkau (Muhammad) tentulah akan mengembalikan engkau ke tempat asalmu (Makkah).''