REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dikisahkan, ketika Nabi Musa AS duduk dalam suatu majelis, tiba-tiba iblis datang dengan memakai jubah panjang penutup kepala yang berwarna-warni. Ketika hendak mendekati Nabi Musa iblis melepas dan meletakkan jubahnya.
Lalu dia menghampiri Musa dan berkata, "Assalamualaikum semoga keselamatan tetap tercurah kepadamu. Musa bertanya,"Engkau siapa?
"Aku adalah iblis," jawabnya.
"Semoga Allah tidak memanjangkan hidupmu. Apa yang membuatmu datang kemari?" iblis berkata "Aku datang untuk mengucapkan salam kepadamu, karena kedudukan dan derajatmu di sisi Allah SWT." Musa bertanya lagi, "Apa yang aku lihat pada dirimu tadi?"
"Sebuah jubah panjang yang aku gunakan untuk menyambar hati manusia," jawab iblis.
Musa bertanya, "Perbuatan apa yang jika dilakukan manusia, engkau bisa menguasainya?”
Iblis menjawab, "Jika dia membanggakan diri, menganggap amalnya banyak dan lupa terhadap dosa-dosanya. Aku akan mengingatkanmu tiga hal.
Pertama, jangan berduaan dengan perempuan yang tidak halal bagimu karena apabila seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan yang tidak halal baginya, maka aku pasti menjadi temannya sehingga aku mengujinya dengannya. Kedua, jangan engkau menjanjikan sesuatu kepada Allah kecuali engkau menepatinya.
Ketiga, jangan menetapkan satu sedekah kecuali engkau melaksanakannya. Sesungguhnya setiap kali seorang menetapkan satu sedekah, lalu tidak melaksanakannya, maka aku pasti menjadi temannya sehingga aku menghalanginya dari menepatinya.
Kemudian iblis berpaling sambil berkata. "Celaka setelah mengetahui sesuatu yang aku jadikan manusia."
Dialog antara Musa dan Iblis ini diceritakan Imam Al-Ghazali dalam Ikhtisar Ihya Ulumiddin tentang cara meredam syahwat kemaluan. Ghazali mengatakan terkadang urusan ini berakhir dengan pemilik syahwat kemaluan merindukan tempat tertentu dimana dia tidak mau melampiaskan syahwatnya kecuali di sana.
"Perbuatan ini lebih rendah daripada binatang dan amat tercela. Selamanya berlebih-lebihan adalah perbuatan tercela," katanya.
Berlebih-lebihan disini dalam artian dominasi syahwat sudah sampai di luar batas rasional. Tetapi menghilangkan syahwat secara total seperti orang impoten juga tercela, maka yang paling baik adalah pertengahan.
Setiap kali syahwat kemaluan melewati batas, maka redamlah dengan lapar (puasa) atau menikah Rasulullah bersabda. "Wahai para pemuda, menikahlah. Barangsiapa tidak mau menikah, maka dia harus berpuasa karena puasa akan menjadi perisai pelindungnya."