Kamis 06 Aug 2020 00:46 WIB

Hiu Paus Terdampar, KSDA: Nelayan Jangan Bertindak Sendiri  

Pada Senin (3/8) masyarakat memotong-motong hiu paus yang terdampar di pantai Ciheras

Rep: Bayu Adji P / Red: Agus Yulianto
Seekor hiu paus terdampar di pantai wilayah Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (3/8).
Foto: dok. Istimewa
Seekor hiu paus terdampar di pantai wilayah Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (3/8).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Barat (Jabar) mengingatkan masyararakat di pesisir selatan Tasikmalaya tak bertindak sendiri ketika ada ikan besar, khususnya ikan dilindungi, di wilayah pantai Tasikmalaya. Hal itu dilakukan lantaran adanya kejadian masyarakat memotong-motong ikan hius paus yang terdampar di kawasan pantai Desa Ciheras, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, pada Senin (3/8).

Kepala Seksi Konservasi Wilayah VI Tasikmalaya, Balai Besar KSDA Jabar, Didin Syarifudin mengatakan, pihaknya telah melakukan imbauan kepada masyarakat untuk tak bertindak sendiri ketika menemukan satwa dilindungi. Namun, masyarakat harus lebih dulu melapor ke petugas berwajib. 

"Saya sudah perintahkan teman-teman di lapangan untuk melakukan sosialisasi. Jadi ke depan kalau kejadian lagi, tak langsung melakukan tindakan sendiri meski hewan sudah mati," kata dia saat dihubungi Republika, Rabu (5/8). 

Didin menyayangkan tindakan masyarakat di Desa Ciheras yang langsung memotong-motong ikan hiu paus yang terdampar pada Senin lalu. Ikan itu dibagikan kepada warga untuk dikonsumsi. Menurut dia, ketika petugas sampai di lokasi, kondisi ikan sudah terpotong-potong.

"Ketika petugas ke lapangan, kondisi ikan sudah terpotong-potong. Hanya tinggal bagian-bagian saja. Petugas langsung mengubur sisa potongan itu," kata dia.

Menurut Didin, pihaknya sudah langsung melaporkan kejadian itu ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Sebab, penanganan satwa ikan merupakan kewenangan KKP. Namun, lanjut dia, hingga saat ini belum ada informasi tindak lanjutnya yang akan dilakukan KKP terkait terdamparnya hiu paus di Tasikmalaya. 

Didin menjelaskan, terdamparnya ikan besar di wilayah pesisir selatan Tasikmalaya adalah kejadian yang cukup jarang. Baru kali pertama ikan hiu paus terdampar sejak beberapa tahun ke belakang. 

"Ada beberapa sebab hiu paus itu terdampar, bisa karena cuaca atau keluar dari koloninya atau sakit. Jadi ada banyak sebab," kata dia. 

Sebelumnya, Koordinator Relawan Penanggulangan Bencana Kecamatan Cipatujah, Rahmat Saputra mengatakan, hiu paus itu ditemukan warga pada Senin sekira pukul 07.00 WIB. Ketika ditemukan di pinggir pantai, hiu paus yang memiliki panjang sekira 5 meter itu langsung menjadi tontonan warga.

"Kemungkinan terdampar sejak pagi, tapi baru diketahui warga jam 07.00 WIB," kata dia saat dihubungi Republika, Senin.

Menurut dia, relawan yang menerima laporan langsung mendatangi lokasi untuk melakukan pengecekan. Namun, tak lama warga banyak yang datang dan memotong-motong ikan yang dianggap mati itu.

Rahmat menyayangkan sikap warga yang langsung memotong-motong ikan hiu paus yang terdampar itu. Padahal, petugas masih ingin memastikan kondisi ikan itu.

"Memang diperkirakan dalam kondisi mati, tapi itu baru secara kasatmata. Nelayan sendiri tak berani mendekati paus. Tadinya kita ingin evakuasi, tapi masyarakat sudah pada bawa golok, itu dipotong-potong," kata dia.

Menurut dia, terdamparnya ikan paus di pantai wilayah Kecamatan Cipatujah merupakan peristiwa yang langka. Ia menyebutkan, kejadian terdamparnya ikan paus itu merupakan yang kali pertama setelah beberapa tahun terakhir.

"Dulu pernah lebih besar, tapi baru kali ini lagi ada ikan besar terdampar," kata dia.

Rahmat mengimbau, ketika ada kejadian serupa, masyarakat untuk tak langsung menganggap ikan itu mati. Dia berharap, Muspika setempat dapat segera menginstruksikan kepala desa agar mengamankan ikan itu.

"Jangan terlalu cepat untuk memvonis paus itu mati. Siapa tahu ada kemungkinan hidup bisa kita lepas lagi," kata dia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement