Kamis 06 Aug 2020 12:15 WIB

Australia Anggarkan Miliaran Perkuatan Pertahanan Siber

Australia anggarkan 1,66 miliar dolar untuk perkuat pertahanan siber

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Perdana Menteri Australia Scott Morrison. Australia anggarkan 1,66 miliar dolar untuk perkuat pertahanan siber. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/Peter Rae
Perdana Menteri Australia Scott Morrison. Australia anggarkan 1,66 miliar dolar untuk perkuat pertahanan siber. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Australia akan mengeluarkan anggaran 1,66 miliar dolar Australia selama 10 tahun ke depan untuk memperkuat pertahanan dunia maya, Kamis (6/8). Perdana Menteri Scott Morrison menyatakan langkah untuk memperkuat perusahaan swasta dan rumah tangga ini menyusul meningkatnya serangan dunia maya.

Morrison menyatakan serangan dunia maya terhadap bisnis dan rumah tangga menghabiskan biaya sekitar 29 miliar dolar Australia atau 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto negara itu. Paket tersebut adalah komitmen anggaran untuk dunia maya terbaru dari Australia.

Baca Juga

Sebagian besar kebijakan dunia maya Australia hingga saat ini memang masih berfokus pada memperkuat pertahanan lembaga pemerintah setelah serangan terhadap parlemen negara itu pada 2019. Namun Morrison melihat aktivitas siber yang berbahaya telah meningkat terhadap bisnis kecil dan menengah, universitas, dan rumah tangga.

Morrison akan menjanjikan peningkatan pengeluaran untuk memperkuat pertahanan infrastruktur kritis, meningkatkan upaya polisi untuk melacak aktivitas kriminal di web gelap, dan memperkuat kesadaran komunitas. "Kami akan melindungi infrastruktur dan layanan vital kami dari serangan dunia maya. Kami akan mendukung bisnis untuk melindungi diri mereka sendiri sehingga mereka dapat berhasil dalam ekonomi digital," katanya.

Keputusan tersebut muncul hanya beberapa pekan setelah Canberra mengatakan akan membelanjakan 1,35 miliar dolar Australia selama dekade berikutnya. Anggaran ini untuk meningkatkan kemampuan kepala badan intelijen dunia maya negara itu.

Pengeluaran tersebut mengikuti serangan dari kelompok atau sosok kepada negara dengan canggih di semua tingkat pemerintahan, badan politik, penyedia layanan penting, dan operator infrastruktur kritis. Meskipun pemerintah menolak untuk mengungkapkan dalang yang bertanggung jawab atas serangan-serangan itu.

Tapi, tiga sumber anonim menjelaskan bahwa negara itu percaya China bertanggung jawab atas serangan-serangan yang terjadi. Dugaan ini pun langsung disangkal oleh Beijing.

Selain berupaya untuk memperkuat pertahanan sibernya, Australia juga akan memulai pendekatan yang lebih agresif untuk mencegah serangan pula. Direktorat Sinyal Australia akan diberikan dana baru untuk melawan serangan siber asing.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement