Kamis 06 Aug 2020 12:04 WIB

Petani Kulonprogo Rintis Bawang Merah Ramah Lingkungan

Pasar global menuntut produk hortikultura yang berkualitas dan aman konsumsi.

Kulon Progo siap kembangkan bawang merah ramah lingkungan.
Foto: Kementan
Kulon Progo siap kembangkan bawang merah ramah lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID, KULONPROGO -- Direktorat Jenderal Hortikultura tengah mendorong gerakan Gedor Horti dilaksanakan menggunakan pendekatan pengembangan kawasan hortikultura yang berdaya saing dan ramah lingkungan. Salah satu yang tengah digenjot adalah budi daya bawang merah ramah lingkungan.

Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto dalam keterangannya, Rabu (5/8)  menyatakan dukungannya terhadap upaya produksi bawang merah ramah lingkungan. “Pasar global menuntut produk hortikultura yang berkualitas dan aman konsumsi. Preferensi konsumen sudah mulai mempertimbangkan bagaimana proses produk dihasilkan. Oleh karena itu budi daya ramah lingkungan menjadi suatu keharusan," ujar Anton.

Baca Juga

Menurut Anton, ini sebagaimana arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang menuntut sektor pertanian tetap berproduktif di tengah pandemi Covid-19. Hal itu juga berlaku bagi petani bawang merah. “Walau dalam kondisi pandemi Covid-19, pertanian harus maju terus, pangan harus tersedia dan rakyat tidak boleh bermasalah soal pangan," tegas Mentan.

Kulon Progo Siap Kembangkan Bawang Merah Ramah Lingkungan

Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten sentra bawang merah di Provinsi DI Yogyakarta. Beberapa kecamatan sentra bawang merah, yaitu Kecamatan Sentolo, Panjatan, Lendah, Wates dan Galur.

Aris Nugroho, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulonprogo, menyampaikan bahwa Tahun 2020 Kabupaten Kulon Progo menargetkan lahan bawang merah seluas 700 hektare.

“Sampai dengan bulan Juni, luas tanam bawang merah sudah mencapai 308 hektare. Pada tahun  2019 produksi bawang merah di Kabupaten Kulon Progo mencapai 6.135 ton dengan luas areal tanam seluas 616 hektare,” jelas Aris.

Lebih lanjut, Aris mengatakan, untuk mendukung program tersebut, selain perluasan, pihaknya juga akan mengintensifkan pembinaan dan pengawasan terhadap proses penanaman bawang merah, termasuk penerapan budi daya bawang merah ramah lingkungan.

Sri Hartati, PPL Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo menyampaikan bahwa petani bawang merah di Kecamatan Lendah baru mulai merintis budi daya ramah lingkungan di tahun 2020 ini. Total luas lahan bawang merah di Kecamatan Lendah ada 20 hektare dan sekitar 20 persen atau 4 hektare mulai merintis budi daya ramah lingkungan di Desa Bumirejo Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo.

“Kelompok tani  bawang  merah  yang  baru merintis penerapan budi daya ramah lingkungan adalah Kelompok Tani Setyo Tuhu di Dusun Bonosoro Desa Bumirejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta," pungkas Sri.

Senada dengan pernyataan Sri, Ngadiran Petugas  Pengendali OPT (POPT)  Kabupaten  Kulon  Progo menjelaskan, Penerapan budi daya bawang merah ramah lingkungan baru dirintis dengan memasang likat kuning dan feromon sex. Untuk monitoring dan menekan populasi hama ulat bawang dipasang perangkap feromon sex sebanyak 20 buah per hektare.

"Termasuk mengaplikasikan pupuk organik pada pemupukan dasar dan menanam tanaman refugia di sekitar lahan untuk meningkatkan jumlah musuh alami, terutama parasitoid dan predator pada pertanaman," jelas dia.

Produktivitas bawang merah Kelompok Tani Setyo Tuhu dapat mencapai 15 ton per ha. Saat ini, harga bawang merah basah di tingkat petani sekitar Rp 15 ribu per kilogram (kg). Dengan bermodalkan biaya produksi sekitar Rp 100 juta per hektare, petani dapat mengantongi keuntungan sekitar Rp 125 juta per hektare.

“Sampai saat ini OPT yang menyerang tanaman bawang merah hanya ulat bawang (Spodoptera exigua) dengan tingkat serangan yang masih ringan dan masih dapat dikendalikan dengan pengendalian “cap jempol” atau pengendalian secara mekanik yang dilakukan dengan cara mengumpulkan kelompok telur dan larva S. exigua (pembutitan) lalu memusnahkannya yang dilakukan pada umur 7 - 35 hari setelah tanam," jelas Ngadiran lebih lanjut.

  

Sri Wijayanti Yusuf, Direktur Perlindungan Hortikultura, dalam arahannya menyampaikan, "Saya merekomendasikan  kepada  seluruh  petani  untuk mengaplikasikan  agens  pengendali  hayati, pestisida  nabati,  likat  kuning, feromon dan penanaman refugia dalam pengendalian OPT, serta selalu melakukan monitoring pada pertanaman bawang merah. Dengan demikian, serangan OPT dapat dikendalikan dan tidak sampai mengganggu produksi dan mutu produk bawang merah," bebernya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement