REPUBLIKA.CO.ID, Seperti diketahui Perdana Menteri India Narendra Modi memenuhi janji kampanyenya kepada pendukungnya dengan membangun kuil Hindu yang megah di lokasi Masjid Babri yang bersejarah.
Pada Rabu (5/8), Modi meletakkan batu pertama pembangunan kuil hindu itu yang juga bertepatan dengan peringatan satu tahun pencabutan hak-hak khusus di Kashmir yang merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim. Simbolis pembangunan ini dilakukannya dengan meletakkan batu bata terbuat dari perak dalam pembangunan kuil dewa Rama tersebut.
Dan terkait kontroversi itu, berikut ini kami tampilkan kajian Prof DR Isra Ahmad Khan yang mendapat gelar PHD-nya dari 'Aligarh Muslim University', India. Penulis saat ini adalah Profesor di Fakultas Studi Islam, Ilmu Sosial Universitas Ankara, Turki.
Artikel ini kami kutip dari kantor berita Turki, Anadolu Agency (aa.com.tr). Opini dari Prof Israr Ahmad Khan bertajuk: 'Turkye's Hagia Sophia move VS India's Babri Mosque demolition' (Langkah Hagia Sophia Turki vs penghancuran Masjid Babri India).
Berikut ini tulisan tersebut selengkapnya:
------------------
Museum Hagia Sophia di Istanbul dikembalikan ke posisinya seperti semula sebagai masjid yang ditetapkan oleh Presiden Yang Terhormat Republik Turki, Recep Tayyip Erdogan pada 10 Juli 2020. Dunia pun telah menyaksikan pembukaan resminya sebagai masjid pada hari Jumat, 24 Juli, 2020.
Segera setelah pengembalikan dari museum ke masjid itu, pandangan dunia mengangkat rona dan menangisi perubahan ini. Beberapa pendapat yang menyeruk di antaranya adalah kebijakan itu telah menjadi awal upaya jahat untuk menyamakannya dengan konversi Masjid Babri menjadi kuil Hindu di India.
Para pendukung pendapat ini menyatakan bahwa jika sebuah gereja dapat diubah menjadi masjid seperti di Hagia Sophia di Turki, maka masjid dapat juga diubah menjadi sebuah kuil oleh pengadilan India dan pemerintah India.
Namun, terlihat argumen ini tidak lebih dari kamuflase untuk menyesatkan massa pada satu sisinya, dan pada sisi lain adalah tindakan salah dalam membaca sejarah. Perspektif historis keduanya harus dilihat utuh. Konversi Masjid Babri menjadi kuil Hindu dan pengembalian museum Hagia Sophia ke posisi semula sebagai masjid, harus pula dilihat dengan tulus.
Kasus Babri Masjid: Sebuah Tinjauan
Masjid Babri dibangun oleh Mir Baqi, seorang komandan tentara Mughal dengan izin dari Kaisar Mughal India, Zahiruddin Babur, di puncak bukit di Ayodhya (sebuah kota di India) di mana tidak ada kuil atau konstruksi lainnya pada tahun 1528-29 M.
Sejarah ini tertulis di dalam masjid di atas mihrabnya. Dan tulisan ini tetap ada masjid itu sampai 22 Desember 1949, di mana umat Islam berdoa lima kali sehari dan doa khusus setiap pekan pada hari Jumat. Pada malam tanggal 23 Desember 1949, beberapa penganut Hindu yang jahat meletakkan berhala Ram di dekat mimbar masjid dan mengumumkan keesokan paginya bahwa patung dewa Rama muncul di masjid sehingga perlu diubah menjadi Kuil Rama.
Kontroversi ini sampai ke pengadilan kota yang segera memberlakukan larangan bagi umat Islam dan Hindu untuk menggunakan Masjid Babri sebagai tempat ibadah. Sesuai perintah pengadilan, masjid itu pun dikunci pada hari yang sama.
Selanjutnya, pada tahun 1950 gugatan sipil diajukan oleh umat Hindu untuk memungkinkan mereka melakukan 'puja' (ibadah) di masjid, dan oleh umat Islam untuk membuka masjid untuk shalat.
Pada 26 Januari 1986 pengadilan kota Ayodhya mengizinkan masjid dibuka tetapi hanya untuk umat Hindu. Perintah pengadilan ini melarang total umat Islam untuk memasuki lokasi masjid. Pada tahun yang sama organisasi Hindu, Vishwa Hindu Parishad (VHP) membentuk komite untuk pembangunan kuil Hindu di lokasi Masjid Babri yang berusia lima abad.
Pada tahun 1992 Masjid Babri dihancurkan oleh masa dengan bom, meskipun ada perintah Mahkamah Agung yang melarangnya. Aksi massa ini kala itu terindikasi di bawah perlindungan Partai Kongres dan partai nasionalis Hindu, Partai Bhartiya Janta (BJP), yang sekarang menjadi partai yang berkuasa di India.
Terlepas dari semua perkembangan ini, kasus pengadilan terkait Masjid Babri berlanjut hingga tahun 2010 ketika Pengadilan Tinggi Allahabad membagi situs situs Masjid Babri menjadi dua, satu untuk Hindu dan satu lagi untuk Muslim. Harus diingat bahwa pengadilan tidak dapat mengutip bukti tempat tersebut sebagai kuil Hindu sebelum pembangunan Masjid Babri.
Belakangan, Muslim dan Hindu mengajukan banding Mahkamah Agung untuk membatalkan putusan ini. Kemudian putusan Mahkamah Agung membatalkan keputusan Pengadilan Tinggi pada tahun 2011. Mahkamah Agung India merekomendasikan bahwa penggugat menyelesaikan perselisihan di luar pengadilan pada tahun 2017 tetapi tidak berhasil.
Kemudian pada 8 Maret 2019, pengadilan tinggi membentuk kelompok mediasi di bawah kepemimpinan mantan hakim Muslim Mahkamah Agung, FM Ibrahim Kalifulla. Namun, pengadilan kemudian menyatakan mediasi "gagal" pada 2 Agustus 2019, dan melanjutkan persidangan sengketa yang diselesaikan pada 16 Oktober 2019.
Putusan pengadilan terakhir terjadi pada 9 November 2019, di mana pengadilan tidak mengatakan bahwa situs Masjid Babri pada awalnya adalah sebuah kuil. Pengadilan hanya memutuskan bahwa situs kontroversial harus diserahkan kepada komite yang dibentuk untuk mengawasi pembangunan sebuah kuil Hindu dan bahwa sebidang tanah lain dialokasikan bagi umat Islam untuk membangun masjid.
Pengadilan dalam keputusannya pun tidak merinci alasan penyerahan situs Masjid Babri kepada umat Hindu. Pengadilan tidak menghiraukan perselisihan mengenai apakah situs yang disengketakan itu awalnya adalah masjid atau kuil dan dengan sewenang-wenang menyatakan bahwa seluruh tanah masjid harus diserahkan kepada Komite untuk mengawasi tugas pembangunan candi.
Jelas, putusan pengadilan puncak memang mewakili konsep keadilan. Namun, ketika berbicara soal ini lebih tepat melihatnya sebagai rekayasa politik dengan lebih memilih master politik dari partai RSS, BJP, dan VHP.
Tinjuan Atas Kasus Hagia Sophia
Kaisar Bizantium Konstantius membangun Basilika Hagia Sophia pada tahun 360 M. Itu adalah bangunan kayu dan berfungsi sebagai tempat suci bagi umat Kristen dari berbagai denominasi sampai tahun 404 ketika dibakar oleh perusuh yang dipicu oleh konflik politik di keluarga kerajaan selama pemerintahan Kaisar Arcadius pada tahun (395 - 408 M).
Setelah ury sekitar 10 tahun, tidak ada bangunan yang bisa disebut gereja atau katedral. Di bawah Kaisar Bizantium Theodosios II (402-450 M; dikenal sebagai kaisar bayi karena ia baru berusia satu tahun ketika dimahkotai), katedral Hagia Sophia dibangun kembali pada tahun 415 M.
Namun, Haga Sophia kembali dibakar pada 531 M dalam aksi pemberontakan melawan Kaisar Justinian I (527-565 M) yang kemudian membangun kembali gereja Ortodoks Yunani Hagia Sophia (Kebijaksanaan Ilahi) ini kembali pada tahun 532 M.
Selanjutnya, gereja itu tetap utuh selama sekitar 921 tahun dan tetap sebagai gereja hingga tahun 1453 M ketika penguasa Ottoman Sultan Mehmed II (1444-1446 M dan 1451 M -1481 M) menaklukkan Konstantinopel (sekarang Istanbul).
Dalam soal ini, sebagian sejarawan mengklaim bahwa Sultan Mehmed II segera setelah jatuhnya kota mengubah gereja Hagia Sophia menjadi masjid pada tahun 1453 M. Namun, klain setelah dicek adalah klaim tanpa bukti dokumenter atau tidak langsung.
Perbedaan antara Kasus Babri Masjid dan Hagia Sophia
Maka, dari segi sejarah, jelas terlihat bahwa kedua kasus tersebut tidak ada kaitannya satu sama lain. Masjid Babri adalah masjid sejak awal pembangunannya pada tahun 1529 M. sampai dihancurkan oleh kader partai RSS, BJP, para 'hooligan' VHP, dan apa yang disebut elit politik pada tahun 1992 M.
Masjid Babri asli dibangun di atas tanah kosong di puncak bukit kota Ayodhya di India utara. Dalam sejarah, tidak ada catatan bahwa Masjid Babri pada awalnya adalah kuil Hindu. RSS, BJP, dan VHP gagal memberikan bukti apapun bahwa Masjid Babri dibangun di atas sebuah kuil.
Penasihat pihak Hindu terus mengulangi dalam persidangan bahwa orang-orang percaya bahwa Masjid Babri awalnya adalah tempat kelahiran Ram. Karena tekanan sosial-politik dari organisasi dan organisasi nasionalis Hindu, Mahkamah Agung India memerintahkan pemerintah BJP untuk menyerahkan tempat yang disengketakan itu kepada kepercayaan Hindu untuk membangun sebuah kuil dan mengalokasikan sebidang tanah terpisah untuk masjid.
Kasus Hagia Sophia pada dasarnya berbeda dengan kasus Babri Masjid. Hagia Sophia awalnya adalah gereja Hagia Sophia yang ditinggalkan oleh orang-orang Kristen dan pendeta yang dibeli oleh Sultan Mehmed II sebagai milik pribadinya dan diserahkan kepada yayasan Wakaf pada tahun 1462 C. Di bawah dokumen Wakaf properti Hagia Sophia dinyatakan sebagai masjid dan ini tetap menjadi masjid sampai 1934 ketika Kabinet Turki mengubahnya menjadi museum.
Pada 10 Juli 2020, pengadilan Turki membatalkan dekrit Kabinet 1934 yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum. Dan ini membuka jalan untuk penggunaannya sebagai masjid.
Sekarang setiap orang yang berpikiran benar dan cinta keadilan dapat mempertimbangkan posisi Masjid Babri dan Hagia Sophia. Jika orang masih mengeklaim kesamaan dalam dua kasus, itu adalah kepentingan pribadi.
------
https://www.aa.com.tr/en/analysis/turkeys-hagia-sophia-move-vs-indias-babri-mosque-demolition/1928296