REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik kembali klaimnya bahwa ledakan besar yang mengguncang ibu kota Lebanon adalah serangan, Rabu (5/8). Sebelumnya, dia menyatakan, ledakan tersebut kemungkinan serangan bom.
"Apapun yang terjadi, itu mengerikan. Tapi mereka tidak benar-benar tahu apa itu. Belum ada yang tahu. Saat ini, mereka sedang mencari. Bagaimana bisa dikatakan kecelakaan?" kata Trump mencoba menarik pernyataan sebelumnya.
Trump menyatakan, spekulasi kalau ledakan pada Selasa (4/8) bisa saja merupakan pemboman. Kemungkinan itu disampaikan setelah dia melakukan pembicaraan dengan jenderal militer di AS.
"Seseorang meninggalkan beberapa alat jenis peledak yang mengerikan dan sesuatu di sekitarnya, mungkin. Mungkin memang begitu. Mungkin itu serangan," ujar Trump dikutip dari Anadolu Agency.
Saat ditanya keyakinan Trump soal ledakan itu adalah serangan dan bukan kecelakaan, dia dengan tegas menyatakan itu terlihat berdasarkan ledakan. "Saya bertemu dengan beberapa jenderal besar kita, dan mereka sepertinya merasa begitu. Ini bukan semacam jenis ledakan manufaktur," katanya.
Presiden Lebanon Michel Aoun menyatakan, amonium nitrat yang disimpan di Pelabuhan Beirut sebagai sumber ledakan. Setelah beberapa media mengutip pejabat pertahanan anonim yang mengatakan tidak ada bukti yang mendukung dugaan Trump, Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, mengatakan bahwa sebagian besar percaya ledakan itu adalah kecelakaan.