REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kelompok Bank Dunia, Rabu (5/8), mengatakan siap mengkaji kerusakan dan kebutuhan Lebanon untuk memulihkan diri dari ledakan hebat di pelabuhan Beirut. Bank Dunia mengatakan akan membantu menggalang dana publik dan swasta untuk mendanai pembangunan kembali dan pemulihan.
Melalui pernyataan, Bank Dunia mengatakan pihaknya "juga akan bersedia memprogram kembali sumber-sumber yang ada saat ini serta mencarikan dana tambahan untuk mendukung pembangunan kembali kehidupan masyarakat yang terdampak oleh bencana ini."
Bank tersebut tidak menunjukkan sumber daya mana yang dapat dialihkan untuk upaya pemulihan pascaledakan. Pada Juni, lembaga pemberi pinjaman pembangunan multilateral itu mengumumkan akan mengalokasikan kembali 40 juta dolar AS (sekitar Rp 580 miliar) dari program kesehatan saat ini senilai 120 juta dolar (sekitar Rp 1,7 triliun) bagi Lebanon untuk membantu negara itu memerangi pandemi virus corona.
Sedikitnya 135 orang tewas dan 5.000 lainnya luka-luka dalam ledakan pada Selasa (4/8) di pelabuhan Beirut. Insiden itu juga menyebabkan sekitar 250.000 orang kehilangan tempat tinggal setelah beberapa ledakan susulan mengguncang banyak bangunan.
Pada Rabu, juga tidak ada kejelasan apakah bencana itu akan mengubah negosiasi alot Lebanon dengan Dana Moneter Internasional (IMF). IMF dan Lebanon sejak Mei telah mencoba menyusun paket dana talangan lebih luas untuk membendung krisis keuangan, yang dipandang sebagai ancaman terbesar bagi stabilitas negara itu sejak perang saudara 1975-90. Perundingan tersebut macet di tengah ketidaksepakatan mengenai skala kerugian finansial dalam sistem perbankan Lebanon.