Jumat 07 Aug 2020 05:08 WIB

Surat untuk Raja yang Belum Memeluk Islam

Surat menjadi media dakwah yang efektif.

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Muhammad Hafil
Surat untuk Raja yang Belum Memeluk Islam. Foto: surat Nabi Muhammad kepada Raja Kisra.
Foto: Amazon.com
Surat untuk Raja yang Belum Memeluk Islam. Foto: surat Nabi Muhammad kepada Raja Kisra.

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Surat menjadi media dakwah yang efektif di zaman Rasulullah. Surat pertama yang dianggap berhasil pada masa itu adalah surat Rasulullah SAW yang dikirim kepada Raja Ashhamah bin Abjar, penguasa negara Habsyah- kini Etiopia.

Surat buat sang raja dari Nabi SAW itu menjadi bukti seni berdakwah Rasulullah. Tak heran bila Ibnu Thulun menempatkan surat itu dalam posisi teratas untuk mengawali daftar surat-surat Rasulullah dalam karyanya tersebut.

Baca Juga

Betapa tidak, surat tersebut mendapat respons positif dari Sang Raja. Negara Kristen yang wilayahnya pada waktu itu secara yurisdiksi gerejani berada di bawah gereja Orthodoks Koptik di Mesir itu telah mengulurkan tangan persahabatan untuk membantu umat Islam.

Bahkan, menurut sejumlah riwayat, surat itu disusul dengan pernyataan Raja Habsyah untuk memeluk agama Islam-sekalipun diperdebatkan di kalangan ahli sejarah-tanpa paksaan apa pun. Surat yang dituliskan itu memiliki banyak versi.

Menurut Sa'd bin al-Musayyib, redaksi surat yang dibuat Rasulullah SAW untuk raja Habsyah itu cukup sederhana. Surat tersebut berisi ajakan untuk kembali ke kalimat yang sama, yaitu tidak menyembah zat selain Allah, tidak menjadikan selain-Nya sebagai pelindung. Dalam riwayat itu pula disebutkan bahwa Sang Raja menyatakan masuk Islam.

 

Az-Zai'lai dalam Nashb ar-Riwayah lil Ahadits al-Hidayah meriwayatkan bahwa surat tersebut menyajikan fakta mengenai konsep teologi Kristen yang dipandang dari sudut Islam menyangkut status Isa dan Maryam. Isa al-Masih sebagai firman Allah (Arab: al-Kalimah) dan kelahiran perawaniah (the virgin of birth) Isa dari Sayidatina Maryam melalui Ruh Allah.

Konsep tersebut pada dasarnya tidak bertentangan dengan subtansi Injil yang dibawa oleh Nabi Isa. Pencantuman pandangan tersebut dinilai tepat untuk memberikan persepsi sama. Rasulullah mengawalinya dengan mencari persamaan dan bukan perbedaan.

Metode itu jauh lebih efektif menarik simpati objek dakwah. Tetapi, yang perlu digarisbawahi, penegasan itu disampaikan Rasulullah setelah meletakkan syahadat di pembukaan surat. Berikut redaksi surat yang dikirimkan ke Raja Habsyah, sebagaimana dinukil oleh az-Zaila'i dan sebagian ulama sirah seperti al-Waqidi:

 "Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dari Muhammad Rasul Allah untuk Najasyi al-Ashham, raja Habsyah. Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadamu. Sesungguhnya aku menyampaikan pujian kepada-Mu, Ya Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia, yang mempunyai kerajaan, Yang Mahasuci, pemberi kesejahteraan, kesentosaan, dan perlindungan. Dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Isa Putra Maryam adalah Ruh Allah dan Firman-Nya yang disampaikan kepada Perawan Maryam yang baik, suci dan disucikan, lagi memelihara dirinya.

Kemudian ia hamil mengandung Isa, dan Allah telah menciptakannya dari Ruh-Nya dan meniupkannya, sebagaimana Allah menciptakan Adam dan meniupkannya. Sesungguhnya aku menyerumu kepada Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan agar selalu bersikap taat kepada-Nya, lalu ikutlah aku dan berimanlah kepada yang aku bawa karena sesungguhnya aku Rasul Allah. Aku telah mengutus kepadamu anak laki-laki pamanku, yakni Ja'far, dan serombongan kaum Muslim yang menyertainya. Semoga keselamatan untuk orang yang mengikuti petunjuk."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement