Kamis 06 Aug 2020 23:15 WIB

Kasus Jouska, OJK: Perencana Keuangan Harus Buat Kode Etik

OJK menyebut belum ada kode etik khusus yang mengatur perencana keuangan

Rep: Retno Wulandhari / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan profesi perencana keuangan perlu diatur melalui kode etik. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya kasus investasi yang menjerat Jouska beberapa waktu belakang.
Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan profesi perencana keuangan perlu diatur melalui kode etik. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya kasus investasi yang menjerat Jouska beberapa waktu belakang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan profesi perencana keuangan perlu diatur melalui kode etik. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya kasus investasi yang menjerat Jouska beberapa waktu belakangan. 

Jouska yang merupakan perencana keuangan diketahui juga bertindak di luar izin sebagai manajer investasi. Sejumlah klien pun mengaku telah mengalami kerugian investasi akibat tindakan Jouska tersebut.

"Untuk itu, perencana keuangan perlu dibuat dulu aturannya. Mereka harus punya kode etik sendiri," kata Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan, OJK Horas V.M Tarihoran, Kamis (6/8).

Menurut Horas, pengetahuan masyarakat mengenai perencana keuangan masih sangat minim. Banyak masyarakat yang belum memahami sejauh apa peran perencana keuangan berkaitan dengan keputusan investasi seseorang. 

Hingga saat ini, Horas mengatakan, belum ada kode etik khusus yang mengatur profesi perencana keuangan. Selain itu, belum ada pula asosiasi yang menaungi profesi konsultan keuangan ini. Menurut Horas, kode etik ini diperlukan untuk melindungi konsumen."Kalau ada yang macam-macam bisa cabut izin," tutur Horas. 

Sementara itu, Director of Marketing, Communication, and Community Development Aftech, William, mengimbau agar konsumen lebih hati-hati dalam menggunakan layanan jasa keuangan. "Harus dipastikan terlebih dahulu status perusahaan tersebut," kata William.

William mengungkapkan, Aftech bersama beberapa asosasi fintech lainnya telah membuat dan memiliki kode etik. Menurutnya, keberadaan kode etik ini penting untuk menjaga industri fintech tetap sehat sehingga tidak ada masyarakat yang dirugikan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement