Jumat 07 Aug 2020 09:04 WIB

Melemah, Mata Uang Turki Capai Titik Terendah Sepanjang Masa

Sejak awal tahun, mata uang Turki sudah melemah 19 persen terhadap dolar AS.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Mata uang Turki, lira (ilustrasi)
Mata uang Turki, lira (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Nilai tukar mata uang Turki, Lira, terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencapai level terendah pada Kamis (6/8). Resesi global yang diciptakan pandemi Covid-19 menyebabkan ekonomi negara menjadi melemah.

Seperti dilansir di AP, Kamis (6/8), Lira Turki turun menjadi 7,30 terhadap dolar AS, melewati level terendah sebelumnya di 7,26 pada Mei. Secara total, nilai ini turun sekitar 19 persen terhadap mata uang AS sejak awal tahun. 

Baca Juga

Bank sentral Turki mengatakan, pihaknya sedang memantau perkembangan secara intensif. "Bank sentral akan menggunakan semua instrumen yang tersedia untuk mengurangi volatilitas yang berlebihan di pasar, sejalan dengan stabilitas harga dan tujuan stabilitas keuangan," ujarnya, dalam sebuah pernyataan resmi.

Penurunan tersebut sebagian dipicu oleh inflasi yang tinggi dan besarnya defisit transaksi berjalan. Di sisi lain, ada dorongan pemerintah terhadap kredit murah untuk menggerakkan ekonomi yang bahkan sudah rapuh sebelum pandemi Covid-19.

Keluarnya modal asing sebagai faktor utama pelemahan nilai tukar Lira terhadap dolar AS tidak terlepas dari kebijakan pemerintah. Kebijakan yang tidak ortodoks, termasuk keengganan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada suku bunga tinggi mendorong capital outflow. Situasi ini ditambah dengan kekhawatiran terhadap tingkat cadangan devisa negara.

Turki berharap adanya aliran mata uang asing melalui ekspor dan pariwisata, namun jumlahnya masih rendah di tengah pandemi.

Analis juga mencatat, peningkatan ketegangan dengan Uni Eropa sebagai risiko. Turki menghadapi ancaman sanksi Uni Eropa atas rencananya untuk mengebor sumber daya alam di Mediterania Timur. Konversi kembali Hagia Sophia pada bulan lalu semakin memperburuk hubungan.

"Apabila ketegangan dengan Uni Eropa terus meningkat, penurunan (nilai tukar Lira pada dolar AS) tajam akan terjadi," kata Jason Tuyev dari Capital Economics.

Meski penuh tekanan, Bank sentral menyebutkan, dampak pandemi terhadap ekonomi Turki masih terbatas. Mereka menyebutkan, data terbaru menunjukkan pemulihan ekonomi yang telah meningkat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement