REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Arab Saudi mengirim dua pesawat bantuan ke Ibu Kota Beirut, Lebanon. Lebih dari 120 ton pasokan diangkut sebagai bagian dari misi kemanusiaan kepada para korban insiden ledakan besar yang terjadi pada 4 Agutus lalu.
Pusat Bantuan dan Bantuan Kemanusiaan Raja Salman (KSrelief) mengirimkan pasokan obat-obatan, persediaan medis dan darurat. Termasuk juga perlengkapan tenda penampungan dan makanan yang dibutuhkan pasca bencana.
“Ini adalah jembatan dari bantuan udara yang merupakan implementasi arahan dari Arab Saudi untuk memberi bantuan medis dan kemanusiaan yang mendesak kepada Lebanon untuk membantu mengatasi efek ledakan,” ujar Abdullah Al-Rabeeah, penasihat Kerajaan Arab Saudi dalam sebuah pernyataan, dilansir Al Arabiya, Jumat (7/8).
Ledakan besar yang mengguncang area pelabuhan Beirut dilaporkan membuat setidaknya 135 orang meninggal dan 5.000 lainnya terluka. Pemerintah Lebanon sebelumnya mengatakan bahwa insiden kemungkinan terjadi akibat dipicu sejumlah besar amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Dalam Negeri Lebanon Mohammed Fahmi mengatakan lebih dari 2.700 ton amonium nitrat yang telah disimpan di sebuah gudang di dermaga, sejak disita dari sebuah kapal kargo pada 2014. Amonium nitrat adalah bahan umum dalam pupuk tetapi bersifat sangat eksplosif.
Zat ini pernah digunakan dalam pengeboman Oklahoma, Amerika Serikat (AS) pada 1995, ketika sebuah bom truk yang berisi 2.180 kilogram pupuk dan bahan bakar minyak merobek gedung federal, menewaskan 168 orang dan melukai ratusan lainnya.
Meski demikian, belum ada bukti bahwa ledakan di Beirut adalah serangan. Dalam sebuah video, terlihat apa yang tampak seperti api yang meletus di dekat lokasi sebelumnya. Selain itu, dilaporkan bahwa terdapat gudang berisi kembang api di pelabuhan yang semakin memicu ledakan, hingga memunculkan asap berbentuk seperti awan jamur.