REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai seorang sufi, syair-syair yang diciptakan oleh Maulana Jalaluddin Rumi sangatlah epik. Salah satunya mengenai syair Nabi Musa AS dan Firaun.
Di dalam kitab Matsnawi, Jalaluddin Rumi mendeksripsikan syair tentang keduanya. Menurut Rumi, di balik bagaimana kedua tokoh itu dikenal umat manusia, namun baik Nabi Musa dan Firaun memiliki satu kesamaan sikap dalam nilai yang berbeda.
Rumi berkata: “Baik Musa maupun Firaun sejatinya tunduk pada kehendak ‘Tuhan’. Sebagaimana obat dan racun, kegelapan dan cahaya. Nabi Musa dan Firaun adalah pemuja hakikat kebenaran walau secara lahiriah keduanya berjalan di jalan yang berbeda,”.
Di siang hari, kata Rumi, Nabi Musa meratap kepada Allah SWT. Sedangkan di malam hari, Firaun meratap pada bagaimana ia terbelenggu di lehernya. Dengan kehendak Tuhan yang sama, kedua insan manusia ini bisa tercerahkan, namun juga bisa terbelenggu dalam kebatilan.
Keduanya memiliki sifat yang keras. Keduanya memiliki pandangan yang teguh dalam memahami sebuah hakikat. Namun sayangnya, sikap angkuh justru menjadi juara dalam sanubari Firaun sehingga ia memplokmarikan diri sejajar dengan Tuhan.