REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebutkan Chevron akan keluar dari proyek Indonesian Deepwater Development (IDD) karena proyek tersebut tak masuk dalam keekonomian mereka. SKK Migas menilai mitra Chevron di IDD, yaitu ENI bisa mengambil alih peran.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan sejauh ini baru ENI yang cukup kuat menjadi calon operator proyek IDD. ENI merupakan perusahaan eksplorasi migas asal Italia.
Adapun konsorsium proyek IDD terdiri dari kepemilikan saham Chevron sebesar 62 persen. Sisanya dipegang oleh ENI sebesar 20 persen dan Sinopec 18 persen.
"Salah satunya ENI memiliki posisi yang bagus untuk bisa melanjutkan. Kan mereka punya fasilitas. Bisa diintegrasikan juga kan. Investasi bisa ditekan juga kan. Keekonomian bisa lebih baik," ujar dia saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (7/8).
Selain itu, menurut dia proses perpanjangan untuk proyek IDD juga sangat penting sebelum proses peralihan berjalan. Hal ini mengingat kontrak Chevron di proyek IDD akan segera berakhir pada 2022-2028.
"Pemerintah akan dukung perpanjangan itu kalau serius kontraktor yang akan laksanakan," ujar dia.