Jumat 07 Aug 2020 19:33 WIB

16 Pekerja di Beirut Ditahan untuk Penyelidikan Insiden

Ledakan Beirut mengakibatkan 135 orang meninggal dunia.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
 Seorang tentara berdiri di lokasi ledakan yang hancur di pelabuhan Beirut, Lebanon, Kamis, 6 Agustus 2020. Presiden Prancis Emmanuel Macron datang di Beirut untuk menawarkan dukungan Prancis ke Lebanon setelah ledakan pelabuhan yang mematikan itu.
Foto: AP/Thibault Camus
Seorang tentara berdiri di lokasi ledakan yang hancur di pelabuhan Beirut, Lebanon, Kamis, 6 Agustus 2020. Presiden Prancis Emmanuel Macron datang di Beirut untuk menawarkan dukungan Prancis ke Lebanon setelah ledakan pelabuhan yang mematikan itu.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Pihak berwenang Lebanon telah menahan 16 karyawan di pelabuhan Ibu Kota Beirut yang menjadi lokasi insiden ledakan besar terjadi. Hal ini dilakukan sebagai bahian dari penyelidikan atas peristiwa yang membuat setidaknya 135 orang meninggal dan 5.000 lainnya terluka.

Dalam pertanyaan dari pengadilan militer yang disiarkan oleh Kantor Berita National Lebanon (NNA), diantara karyawan yang ditahan sebagai bagian dari penyelidikan adalah pejabat dari dewan eksekutif pelabuhan, otoritas kantor bea cukai. Kemudian ada pekerja pemeliharaan dan pekerja di gudang nomor 12, di mana ledakan terjadi.

Baca Juga

Hingga saat ini penyelidikan masih dilakukan atas ledakan besar yang mengguncang Beirut pada Selasa (4/8) lalu. Pemerintah Lebanon sebelumnya mengatakan bahwa insiden kemungkinan terjadi akibat dipicu sejumlah besar amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Dalam Negeri Lebanon Mohammed Fahmi mengatakan lebih dari 2.700 ton amonium nitrat yang telah disimpan di sebuah gudang di dermaga, sejak disita dari sebuah kapal kargo pada 2014. Amonium nitrat adalah bahan umum dalam pupuk tetapi bersifat sangat eksplosif.

Bahan ini pernah digunakan dalam pengeboman Oklahoma, Amerika Serikat (AS) pada 1995, ketika sebuah bom truk yang berisi 2.180 kilogram pupuk dan bahan bakar minyak merobek gedung federal, menewaskan 168 orang dan melukai ratusan lainnya.

Meski demikian, belum ada bukti bahwa ledakan di Beirut adalah serangan.Video menunjukkan apa yang tampak seperti api yang meletus di dekat situ sebelumnya dan stasiun televisi lokal melaporkan bahwa juga terdapat gudang berisi kembang api di pelabuhan.

Api tampaknya menyebar ke bangunan terdekat di pelabuhan, memicu ledakan dan memunculkan asap yang berbentuk seperti awan jamur. Pasukan keamanan Lebanon telah menutup area di lokasi kejadian ketika sebuah buldoser masuk untuk membantu membersihkan puing-puing.

Banyak laporan orang hilang pasca insiden, sehingga keluarga dan kerabat mencari melalui media sosial untuk membantu menemukan orang yang mereka cintai. Di Instagram, terdapat laman berjudul "Locating Victims Beirut" yang muncul dengan foto-foto orang hilang.

Sementara itu, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab, dalam pidato singkatnya di televisi meminta kolega-kolega untuk memberikan bantuan kepada negara kecil itu, dengan mengatakan bahwa saat ini tengah terjadi bencana nyata. Ia juga menegaskan kembali janjinya bahwa mereka yang bertanggung jawab atas ledakan ini akan membayar perbuatannya, tanpa menyebut kemungkinan penyebab insiden.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement