Sabtu 08 Aug 2020 04:55 WIB

Krisis Lebanon: Barter Barang Hingga Pencurian Susu Balita 

Krisis Lebanon membuat warga setempat untuk barter barang rumah tangga.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Nashih Nashrullah
 Tentara Libanon memblokir jalan dan bentrok dengan penduduk yang marah ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi lingkungan Gemmayzeh, yang menderita kerusakan parah akibat ledakan Selasa di pelabuhan Beirut, di Beirut, Lebanon, Kamis, 6 Agustus 2020.
Foto: AP/Hassan Ammar
Tentara Libanon memblokir jalan dan bentrok dengan penduduk yang marah ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi lingkungan Gemmayzeh, yang menderita kerusakan parah akibat ledakan Selasa di pelabuhan Beirut, di Beirut, Lebanon, Kamis, 6 Agustus 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT— Ledakan dahsyat terjadi di ibu kota Lebanon, Beirut pada Selasa (4/8). Ledakan itu, disebabkan 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman sejak 2013. 

Kondisi itu memperparah krisis ekonomi dan politik yang dihadapi Lebanon. Warga menyuarakan agar Lebanon melakukan revolusi dengan menjatuhkan rezim saat ini yang korup.

Baca Juga

Tanda-tanda pertama keruntuhan Lebanon telah muncul ketika bank-bank di negara itu mulai membatasi penarikan di tengah protes nasional pada 2019. Pada Mei 2020, sistem keuangan negara sedang runtuh dengan tingkat inflasi 56,53 persen karena krisis ekonomi dan politik. 

Demonstran merespons dengan 'komedi hitam' dengan membawa lira Lebanon dalam peti mati, menggemakan palang Ghana.