Sabtu 08 Aug 2020 12:45 WIB

Ketika Sains Gagal Jelaskan Fenomena Kiamat dan Waktunya 

Sains modern gagal menjelaskan fenomena kiamat dan kapan waktunya.

Sains modern gagal menjelaskan fenomena kiamat dan kapan waktunya. Hari Kiamat (ilustrasi)
Foto: pulsk.com
Sains modern gagal menjelaskan fenomena kiamat dan kapan waktunya. Hari Kiamat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Baca Juga

"Mereka bertanya kepadamu tentang kiamat, 'Kapan terjadi?' Katakanlah, 'Sesungguhnya, pengetahuan kiamat ada di sisi Tuhanku. Tidak seorang pun dapat menjelaskan waktu tibanya, selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi. Kiamat tidak akan datang kepadamu, melainkan secara tiba-tiba.' Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, 'Sesungguhnya, pengetahuan hari kiamat ada di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui'." (QS Al-A'raf [7]: 187).  

Ilmu pengetahuan dan teknologi terus maju dan berkembang. Hanya saja, sampai sejauh ini belum ada penjelasan dari sains tentang kejadian hari kiamat, yang diyakini agama-agama langit akan datang suatu saat nanti. ''Ini lantaran sains hanya mampu mengobservasi realitas yang kasat mata,'' kata pakar kosmologi, Dr Bruno Abdul Haqq Guiderno, dari Institut Astrofisika Paris, Prancis,  sebagaimana dikutip dari arsip Harian Republika. 

Menurut Bruno, fenomena kiamat betul-betul wilayah yang berada di luar kemampuan sains untuk menjangkaunya. Sains, kata dia, baru sebatas mengurai realitas alam fisik yang terjangkau. ''Sains terbukti sukses menjelaskan berbagai hal. Namun itu hanyalah sebuah single reality. Fenomena kiamat adalah realitas yang lain. Tidak ada yang tahu bagaimana itu terjadi,'' tuturnya. Hal yang sama dipaparkan Bruno terkait pertanyaan menyangkut surga, neraka atau lapisan langit ke tujuh.

Astrofisikawan yang masuk Islam 1987 itu kembali menegaskan bahwa sains bukanlah satu-satunya solusi yang mampu menjelaskan semua rahasia kehidupan. Apalagi menyangkut persoalan yang gaib, seperti akhirat, surga, langit ke tujuh, atau kiamat. Alasannya, kata dia, sifat sains yang terbatas.  

Argumentasi ini bisa dengan mudah terbuktikan. Lewat sains, tutur dia, manusia memang berhasil mengamati jagad raya. Namun, sambungnya lagi, sains tidak bisa memberikan penjelasan dari realitas yang tidak terlihat. Disinilah kelemahan sains. ''Artinya, setiap realitas yang berhasil diobservasi, selalu menyisakan misteri baru dari realitas lain yang belum teramati,'' jelas Bruno. Oleh karena itu, ia menyimpulkan, eksplorasi terus menerus sains terhadap alam yang teramati tidak harus menafikan realitas lain (realitas ultimate) yang diyakini oleh pemeluk agama.

Karenanya, lanjut Bruno, ini melahirkan sedikitnya dua cara untuk mengetahui kebenaran. Selain melalui penjelasan scientific juga lewat keyakinan spiritual. ''Misteri tentang manusia adalah misteri tentang sains itu sendiri. Termasuk fenomena surga dan akhirat bakal tetap menjadi misteri. Ini sesungguhnya menyangkut persoalan lain, yakni dimensi spiritual yang berasal dari hati,'' ujarnya.

Dalam kesempatan itu, pakar kosmologi (asal-usul semesta) ini juga bercerita tentang teori big-bang. Teori yang dikenal sebagai teori dentuman besar ini menyatakan bahwa alam semesta terbentuk dari sebuah ledakan besar pada suatu titik. 

Efek ledakan ini terus mengembang dan menyisakan alam semesta yang harmoni. ''Apakah yang terjadi sebelum big-bang, kita tidak tahu. Namun, pasti ada yang mendesain efek harmonis setelah ledakan itu terjadi hingga menciptakan alam semesta seperti sekarang. Yaitu Tuhan,'' ungkap dia seraya menandaskan bahwa tedapat jembatan dialogis antara sains dan agama

 

sumber : Harian Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement