Otoritas Lebanon menahan 16 staf Pelabuhan Beirut pada Kamis (07/08) sebagai bagian dari penyelidikan penyebab ledakan dahsyat yang mengguncang Beirut pada Selasa (04/08) lalu.
Dalam sebuah pernyataan, Jaksa militer Fadi Akiki mengatakan bahwa 18 petugas pelabuhan dan bea cukai, bersama dengan pekerja pemeliharaan gudang, dipanggil untuk diinterogasi. Dua telah dibebaskan.
“Investigasi ini terus melibatkan semua terduga pelaku, untuk mengklarifikasi semua fakta terkait bencana ini,” kata Akiki, seraya menambahkan bahwa penyelidikan dilakukan di bawah pengawasan Pasukan Angkatan Darat Lebanon dan Divisi Informasi Pasukan Keamanan Dalam Negeri Lebanon.
Bank sentral Lebanon juga telah memerintahkan pembekuan aset terhadap tujuh pejabat pelabuhan dan bea cukai, termasuk Kepala Otoritas Bea Cukai Lebanon Badri Daher dan Manajer Umum Pelabuhan Beirut Hassan Koraytem.
Para penyelidik mengatakan bahwa ledakan pada Selasa (04/08) dipicu oleh api yang kemudian menyulut 2.750 ton ammonium nitrat yang bersifat sangat eksplosif. Amonium nitrat tersebut disimpan tanpa pengamanan yang layak di gudang pelabuhan.
Sedikitnya 137 orang tewas dan 5.000 lainnya luka-luka akibat ledakan tersebut. Pelabuhan Beirut hancur lebur, dengan nilai kerugian ditaksir mencapai US$ 15 miliar (setara dengan Rp 220 triliun)
Presiden Prancis Emmanuel Macron selama kunjungannya ke Beirut pada Kamis (06/08) meminta sebuah penyelidikan independen yang terkoordinasi secara internasional terkait ledakan dahsyat tersebut.
Pemilik kapal Rusia diinterogasi
Atas permintaan kantor Interpol Lebanon, polisi Siprus pada Kamis (06/08) melakukan interogasi terhadap Igor Grechuskin, pengusaha asal Rusia yang merupakan pemilik Rhosus, kapal yang membawa amonium nitrat tersebut ke Beirut pada tahun 2013.
Seorang juru bicara polisi mengatakan bahwa Grechuskin, yang tinggal di Pulau Mediterania, sekitar 240 kilometer dari Lebanon, tidak ditahan.
Juru bicara itu mengatakan bahwa Grechuskin ditanyai tentang kargo di atas kapal Rhosus miliknya, yang berlayar dari Georgia ke Mozambik dengan muatan 2.750 ton ammonium nitrat. Grechuskin belum mengeluarkan pernyataan publik terkait hal ini.
Setelah berlabuh di Beirut, kapal Rhosus milik Grechuskin itu dilarang berlayar lebih jauh karena adanya kendala teknis. Kargo kapal berisi ammonium nitrat itu pun kemudian diturunkan ke sebuah gudang di pelabuhan.
Sementara para penyelidik telah berfokus pada pejabat pelabuhan, banyak warga Lebanon justru menyalahkan para elite politik, korupsi, dan kesalahan manajemen oleh otoritas atas terjadinya ledakan.
Pada Kamis (06/08), puluhan warga Beirut melampiaskan kekesalan mereka dengan membakar ban dan melempari pasukan keamanan dengan batu.
Selama lebih dari satu dekade, para pejabat, kelompok pengawas, dan media Lebanon telah banyak memperingatkan tentang korupsi yang meluas di Pelabuhan Beirut, termasuk tuduhan penyuapan dan penyembunyian barang dagangan dari bea cukai atau pajak.
(Ed: gtp/rap) (Reuters, AFP)