REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Facebook Inc baru-baru ini mereka menghapus jaringan akun yang bermarkas di Romania. Akun-akun tersebut mempromosikan kampanye Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) November mendatang.
Mereka menyebarkan cerita mengenai dukungan yang Trump terima dari berbagai kelompok. Mulai dari kelompok konservatif, masyarakat kulit hitam AS, orang Kristen dan pendukung situs teori konspirasi QAnon.
Sebanyak 35 akun Facebook dan 88 akun Instagram mengaku sebagai orang Amerika dan beberapa di antaranya mengelola halaman fan Trump. Tapi akun-akun tersebut melanggar kebijakan raksasa media sosial dalam perilaku tak otentik yang terkoordinasi.
Facebook mengatakan selain itu akun-akun itu juga membohong orang tentang keberadaan mereka. Sejumlah akun memiliki banyak pribadi dengan nama dan konten yang mirip.
Jaringan itu hanya menjangkau sebagian kecil orang, hanya 1.600 akun yang mengikuti mereka di Facebook.
Kepala Kebijakan Keamanan Facebook Nathaniel Gleicher mengatakan perusahaannya tidak dapat memastikan apa motif dari kelompok di Romania. Apakah uang, ideologi atau arahan pemerintah.
Divisi non-profit think tank Atlantic Council di bidang keamanan digital Digital Forensics Research Lab mengatakan sejumlah halaman membagikan konten yang berada di halaman Trump. Sementara beberapa akun lainnya mempromosikan QAnon.
QAnon situs teori konspirasi yang menghubungkan berbagai teori seputar gagasan Trump diam-diam berperang melawan tokoh-tokoh Partai Demokrat yang menyembah setan dan melecehkan anak-anak. Tahun lalu FBI mengeluarkan peringatan QAnon tampaknya memotivasi ekstremis untuk melakukan kekerasan.
Direktur laboratorium Digital Forensics Research Lab Graham Brookie mengatakan belum jelas koneksi akun-akun di Romania itu dengan Trump dan sekutu-sekutunya. Sementara Gleicher mengatakan tidak ada kaitan yang jelas ada pemain komesial yang ingin menjual 'likes' dan pengikut.
Pada Desember lalu Facebook menghapus jaringan akun pendukung Trump yang lebih besar dan kuat. Termasuk salah satu yang kabarnya memiliki koneksi dengan Epoch Times, media yang didirikan pendukung gerakan spiritual Falun Gong dan kerap mengkritik pemerintah Cina.
Penerbit Epoch Times Stephen Gregory membantah memiliki koneksi dengan jaringan yang Facebook tutup pada bulan Desember lalu. Facebook mengatakan mereka telah menghapus jaringan lain yang juga mengunggah ulang konten dari Epoch Times dan media Falun Gong lainnya.