REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seorang pencinta akan menyukai apa pun yang disukai kekasihnya. Begitu pun sebaliknya. Jika seseorang mencintai dengan benar, maka ia akan berkorban di jalan Allah karena setiap jalan-Nya adalah kebenaran.
Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam kitabnya berjudul Raudhah Al-Muhibbin menyampaikan, salah satu pengorbanan cinta adalah berusaha menyukai hal yang ia sendiri tidak menyukainya. Misalnya, apabila seorang hamba mencintai Allah SWT, maka meskipun ia sulit meninggalkan maksiat yang dianggap menyenangkannya, maka maksiat itu akan ditinggalkan.
Pengorbanan itulah bukti cinta.
Maka mencintai dengan benar adalah segala sesuatu yang dilandaskan atas Allah SWT. Bukanlah cinta jika seseorang bersikukuh menyukai sesuatu yang tidak disukai kekasihnya. Itu bukanlah cinta sejati.
Jika belum sampai pada tahapan cinta sejati, maka cintanya masih cacat. Abu As-Syaish menuliskan sebuah syair:
Desakan nafsuku berhenti karena kehadiran-Mu
Aku tak berani mendahulukan atau mengakhirkan
Kau (Allah) telah tundukkan aku dan kutundukkan diriku
Hingga tiada lagi orang yang menghinakan-Mu
Sungguh, mencintai-Mu memberiku selaksa kenikmatan
Aku tak lagi peduli umpatan yang suka menghinakan