REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti berhasil menjadi Profesor dalam bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Mu'ti mengaku tak pernah membayangkan untuk bisa menjadi seorang guru besar.
"Menjadi seorang guru besar sungguh tidak pernah terbayangkan dalam cita-cita masa kecil. Tapi nasib dan takdir membawa saya kepada perjalanan yang sangat jauh," kata Mu'ti, pada Ahad (9/8).
Mu'ti mengaku bersyukur atas pencapaian yang diraihnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena berkat rahmat yang diberikan, dia bisa mengembangkan karir akademik sampai menjadi guru besar. Dia juga menyampaikan terima kasih kepada keluarga dan PP Muhammadiyah.
"Saya menyampaikan terima kasih kepada ayah saya (almarhum) dan ibu, istri, dan seluruh keluarga serta jajaran pimpinan, sejawat, dan seluruh staff di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan," kata dia.
"Terima kasih untuk Ketua Umum dan seluruh jajaran PP. Muhammadiyah serta seluruh warga Persyarikatan Muhammadiyah. Mereka semua dan banyak lagi kalangan yang tidak bisa saya sebut telah membantu dalam tugas-tugas di Muhammadiyah," lanjutnya.
Melalui pencapaian ini, Mu'ti mengaku ingin bertindak lebih banyak lagi untuk memajukan umat dan bangsa melalui pendidikan, khususnya pendidikan Agama Islam. Selama ini kualitas lembaga Pendidikan Islam, termasuk pembelajaran Agama Islam masih perlu peningkatan.
"Sudah ada mekanisme baku di kepegawaian. Semuanya melalui angka kredit yang terdiri atas aspek pendidikan, karya-ilmiah, pengabdian masyarakat, dan penunjang," ucap Mu'ti.
Di samping itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, para pimpinan Muhammadiyah saat ini, dan ke depan semakin dituntut keluasan ilmumya dalam membawa kapal besar Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam modern terbesar. Ini bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia Islam.
"Saya sangat setuju dengan yang disampaikan Pak Haedar. Selain amanah dan kepribadian, kecerdasan dan keilmuan merupakan syarat kepemimpinan di dalam Islam, bahkan dalam semua model kepemimpinan. Pemimpin dituntut memiliki wawasan yang luas dalam berbagai bidang serta berpandangan jauh ke masa depan agar dia dapat menjadi pemandu dan tidak goyah diterpa masalah," kata Mu'ti.