REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Seorang pejabat keamanan Lebanon mengatakan ledakan yang terjadi di pelabuhan Beirut meninggalkan kawah sedalam 43 meter. Getaran yang direkam oleh sensor American Institute of Geophysics (USGS) menyebut ledakan itu memiliki kekuatan setara dengan 3,3 skala richter.
Dilaporkan laman Sputnik, hingga saat ini penyelidikan mengenai ledakan itu masih berlangsung. Menurut investigasi awal, ledakan di gudang yang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat itu disebabkan oleh kebakaran. Amonium nitrat merupakan bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi pupuk tanaman dan bahan peledak dalam bidang pertambangan serta industri lain.
Timbunan amonium nitrat di sebuah gudang di pelabuhan Beirut itu dikabarkan diangkut sebuah kapal bernama The Rhosus. Kapal itu singgah di Beirut tujuh tahun lalu. Menurut The New York Times, kapal berbendra Moldova dan dimiliki pengusaha asal Siprus Igor Grechushkin, berangkat untuk pelayaran dari pelabuhan Batumi, Georgia, pada September 2013.
Kapal itu bertolak ke Mozambik, tapi tak pernah mencapai tujuannya. New York Times, mengutip keterangan kapten Boris Prokoshev, menyebut The Rhosus diminta berhenti di Beirut. Pemberhentian itu tak tercantum dalam daftar. Kapal ditugaskan mengambil kargo tambahan untuk diangkut ke Yordania guna memperoleh uang tambahan.
Saat memasuki pelabuhan, kapal akhirnya disita oleh otoritas setempat. Kapal itu ditinggalkan oleh pemiliknya setelah penyewa kehilangan minat pada kargo. Amonium nitrat yang diangkut The Rhosus kemudian diturunkan dan disimpan di gudang dermaga untuk alasan keamanan. Menurut pihak berwenang Lebanon, bahan kimia itu disimpan secara tidak tepat di pelabuhan.
Ledakan Beirut menyebabkan 158 orang tewas dan lebih dari enam ribu lainnya luka-luka.