Senin 10 Aug 2020 06:29 WIB

Pemulihan Manufaktur Harus Didukung Peningkatan Konsumsi

Stimulus untuk meningkatkan konsumsi harus segera digulirkan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Pemerintah diminta segera mengucurkan stimulus untuk mendorong konsumsi.
Foto: EPA-EFE/OLIVIER HOSLET
Pemerintah diminta segera mengucurkan stimulus untuk mendorong konsumsi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai prospek pulihnya industri pengolahan atau manufaktur sebetulnya positif. Hanya saja, hal tersebut harus didukung peningkatan konsumsi di level nasional.

"Karena konsumsi di level internasionalnya tidak bisa diandalkan sebagai engine of growth dalam waktu satu tahun ke depan. Setidaknya hingga ada pemulihan ekonomi global dari covid-19," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani kepada Republika.co.id pada Ahad (9/8).

Maka demi meningkatkan konsumsi nasional, kata dia, berbagai stimulus seperti kredit usaha dan belanja pemerintah harus digulirkan atau didistribusikan secepatnya kepada masyarakat dan pelaku usaha. Terutama bagi mereka yang membutuhkan, guna meningkatkan appetite konsumsi produk manufaktur dalam negeri. 

Pada saat sama, lanjutnya, akan sangat baik bila iklim usaha dan investasi diperbaiki supaya sektor manufaktur bisa memperoleh fresh capital injection atau di luar skema stimulus kredit. 

"Hal itu untuk melakukan transformasi usaha yang menciptakan efisiensi usaha lebih tinggi. Sekaligus menyesuaikan daya saing industri terhadap perubahan karakter konsumsi global pascacovid," jelas Shinta. 

Wanita yang juga Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) tersebut memproyeksikan, industri pengolahan yang bisa dihidupkan lebih dulu pada kuartal ketiga kemungkinan masih di berbagai sektor primer seperti makanan minuman, obat-obatan, alat telekomunikasi dan paper atau plastic packaging. Selebihnya, kata dia, kemungkinan baru bisa bangkit pada kuartal 4 2020 atau kuartal I 2021.

 "Jadi tergantung stimulus dan pemulihan ekonomi global. Kami belum melihat appetite konsumsi untuk secondary dan tertiary processed goods seperti industri automotif dan alat transportasi lain, industri untuk barang konstruksi, elektronik, dan lainnya yang cukup tinggi di level nasional maupun global meskipun sudah diupayakan normalisasi kegiatan usaha pada satu sampai dua bulan terakhir," tutur Shinta. 

Kadin berharap, berbagai stimulus serta perbaikan iklim investasi di beragam sektor tersebut bisa didahulukan. Kemudian pemberian stimulusnya diperpanjang hingga kondisi ekonomi lebih baik bagi industri-industri itu untuk kembali beroperasi dengan modal sendiri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement