REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Unit militer Korea Selatan yang berbasis di Lebanon menyerahkan barang-barang bantuan darurat ke otoritas militer Lebanon pada Sabtu (8/8) waktu setempat. Bantuan itu untuk membantu pemulihan dari ledakan mematikan baru-baru ini yang terjadi di Pelabuhan Beirut.
Otoritas Korsel, dilansir di laman Saudi Press Agency, menyampaikan ada sebanyak 6.000 set perlengkapan medis dan barang-barang bantuan lainnya yang telah diserahkan oleh Unit Dongmyung kepada otoritas militer Lebanon. Sebanyak 4.000 paket lagi akan segera dikirimkan.
Bahkan, jika pemerintah Lebanon mengajukan permintaan, unit militer Korea Selatan akan secara proaktif meninjau dukungan tambahan, termasuk peralatan dan pasokan lain untuk pemulihan. Unit Dongmyung itu berkekuatan 280 orang, yang berbasis di kota selatan Tirus, dekat perbatasan dengan Israel, telah beroperasi sebagai bagian dari Pasukan Sementara, PBB di Lebanon (UNIFIL) sejak 2007.
Pemerintah Korea Selatan juga berencana untuk memberikan bantuan darurat senilai 1 juta dolar AS ke Lebanon. Ledakan terjadi di sebuah gudang di tepi laut di Beirut pada Selasa kemarin. Peristiwa ini menewaskan lebih dari 150 orang dan melukai ribuan lainnya.
Di sisi lain, warga Lebanon pada Sabtu kemarin melakukan aksi unjuk rasa dengan mengepung kantor Kementerian Luar Negeri Lebanon di Beirut. Dilansir di The News International, mereka memprotes terjadinya ledakan mematikan yang membuat ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal itu.
Ribuan pengunjuk rasa turun ke pusat kota untuk melampiaskan amarah mereka pada politisi yang mereka salahkan atas ledakan tersebut. Mereka berbaris melalui jalan-jalan yang rusak akibat ledakan itu, dan berkumpul di Martyrs´Square pusat, tempat sebuah truk terbakar.
Pasukan keamanan sampai menembakkan gas air mata untuk membubarkan para demonstran yang melempar batu. Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengatakan akan mengupayakan pemilihan umum lebih awal. Menurut dia itu menjadi jalan satu-satunya untuk keluar dari krisis struktural negara.