Senin 10 Aug 2020 14:32 WIB

Jatim Segera Uji Cobakan Pembelajaran Tatap Muka

SMA, SMK, dan SLB menjadi percontohan untuk uji coba pembelajaran tatap muka.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri), Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi (kanan) dan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jatim Aries Agung Paewai (tengah).
Foto: ANTARA/moch asim
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri), Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi (kanan) dan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jatim Aries Agung Paewai (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Wahid Wahyudi menyatakan, pihaknya baru berencana melakukan uji coba pembelajaran tatap muka untuk siswa sekolah jenjang SMA/ SMK dan Sekolah Luar Biasa (SLB). Uji coba pembelajaran tatap muka tersebut rencananya digelar pada 18 Agustus 2020. 

Nantinya ada tiga sekolah SMA, SMK, dan SLB yang menjadi percontohan melaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka, di masing-masing daerah.

"Uji coba pembelajaran tatap muka akan dilakukan di SMA, SMK dan SLB pada 18 Agustus di masing-masing kota baik sekolah swasta dan negeri sesuai kesiapan sekolah," kata Wahid di Surabaya, Senin (10/8).

Wahid merasa, uji coba pembelajaran tatap muka perlu dilakukan karena banyaknya kendala selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui daring. Kendala yang paling banyak ditemui seperti keterbatasan sarana prasarana di keluarga yang tidak mampu. 

Di mana masih ditemui keluarga yang kesulitan membeli paket data, atau gawai yang kurang mendukung untuk melakukan pembelajaran jarak jauh.

"Sehingga mereka harus pinjam ponsel ke tetangganya. Ada juga yang punya ponsel satu bapaknya saja, tapi anaknya banyak butuh PJJ," ujar Wahid.

Selain itu, PJJ juga kerap terkendala terbatasnya jaringan internet. Di mana tidak semua wilayah di Jatim, terjangkau jaringan internet yang memadai. Kendala lain yang ditemui adalah di beberapa daerah, sumber daya manusia (SDM) terbatas dalam kemampuan memakai teknologi. Pertimbangan lainnya adalah siswa SMA/SMK sederajat telah memiliki kondisi fisik dan tahap pola pikir yang mampu melaksanakan protokol kesehatan. 

"Gubernur Jatim sudah mengeluarkan surat dan hari ini diterima sekolah beserta teknisnya dari surat kepala dinas," kata dia.

Dari surat edaran gubernur tersebut, kata Wahid, cabang dinas dan kepala sekolah akan diminta untuk koordinasi dengan Satuan Tugas Covid-19 karena pelaksanaan pembelajaran tatap muka harus atas persetujuan mereka. Wahid mengingatkan, sarana dan prasana juga harus benar-benar menunjang penyelenggaraan pembelajaran tatap muka.

"Saran prasarana juga harus disiapkan, mulai dari alat cuci tangan, disinfektan, dan lainnya. Tempat ibadah juga harus diperhatikan, jangan sampai alat ibadah seperti sajadah digunakan bergantian," ujarnya

Wahid juga meminta sekolah-sekolah memperhatikan jarak antara satu pelajar dengan pelajar lainnya. Ketika proses belajar mengajar tatap muka dilangsungkan, kantin sekolah tetap tutup, dan siswa diminta membawa bekal dari rumah masing-masing.

"Ada tugas dobel untuk pihak sekolah karena pertama ada siswa yang tidak diizinkan masuk sekolah oleh orang tua. Selanjutnya sekolah harus menyiapkan belajar tatap muka dan PJJ. Pelaksanaannya akan dilakukan dua minggu dan akan dievaluasi," kata Wahid.

Jika berjalan dengan baik, pada awal September, skema pembelajaran tatap muka yang menjadi percontohan nasional ini akan dikembangkan lebih besar lagi. Wahid menjelaskan, kebijakan uji coba bisa dilakukan kecuali di zona merah. Untuk yang zona orange diperkenankan secara bergiliran masing-masing kelas 25 persen.

"Jadi jika sekelas ada 36 siswa, maka saat uji coba hanya sembilan siswa yang masuk. Sementara untuk zona hijau bisa melakukan pembelajaran tatap muka dengan 50 persen siswa masuk," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement