REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar mengatakan, 30 persen dari 74.953 desa di seluruh Indonesia membutuhkan sentuhan inovasi dan teknologi. Utamanya, desa-desa yang berada di pelosok yang tidak terjangkau listrik maupun jaringan internet.
Karena itu, Mendes menyambut baik program desa berinovasi, kerjasama Kementerian Riset dan Teknologi atau Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
"Saya ucapkan terimakasih karena masih memikirkan desa-desa, (dari) 74.953 desa di Indonesia, masih 30 persen desa di Indonesia masih butuh sentuhan-sentuhan inovasi dan teknologi dari Kemenristek/BRIN," ujar Abdul Halim saat menghadiri peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-25 di Jakarta, Senin (10/8).
Ia mengatakan, ada tiga ribu desa lebih yang belum terjangkau aliran listrik hingga saat ini. Begitu juga jaringan internet sebanyak 11 ribu desa. Karena itu ia berharap, kerjasama desa berinovasi ini bisa terus mendukung pengembangan desa-desa."Karena itu kami butuh dukungan Kemeristek dan seluruh jajaran, selamat Hakteknas, mudah-mudahan semakin maju dan desa semakin terdukung," katanya.
Menristek sekaligus Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan, kerja sama desa berinovasi ini ditujukan untuk menggerakan ekonomi desa sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan di desa.
Di awal kerja sama, ada 100 desa terpilih yang akan memulai program desa berinovasi. Nantinya, hasil inovasi di perguruan tinggi maupun lembaga pemerintah nonkementerian (LPNK) akan digunakan untuk membantu memecahkan masalah desa."Tahun ini di 100 desa terpilih, teknologi yang dihasilkan PT dan LPMK akan digunakan untuk memecahkan permasalahan desa, misalnya di desa Tamaila kec Tolangohuila Kab Gorontalo, akan dipasang generator listrik pikohidro agar desa ini segera terlistriki," katanya