REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Robert O'Brien mengatakan, China telah melakukan peretasan yang menarget infrastruktur pemilu Amerika Serikat (AS) menjelang pemilihan presiden 2020. Klaim tersebut mencoba menunjukkan tingkat yang lebih aktif dari dugaan campur tangan Beijing terhadap Washington.
"Mereka ingin melihat Presiden kalah. China seperti Rusia, seperti Iran, mereka telah terlibat dalam serangan dunia maya dan phishing, dan hal semacam itu sehubungan dengan infrastruktur pemilu kami, sehubungan dengan situs web dan semacamnya," kata O'Brien di CBS "Face the Nation."
Pernyataan O'Brien tampaknya menguatkan laporan Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI). Dalam laporan 7 Agustus itu menjelaskan, China telah memperluas upaya pengaruhnya dan Rusia sudah mencoba untuk menjatuhkan kandidat presiden dari Demokrat, Joe Biden.
China secara konsisten membantah klaim pemerintah AS bahwa mereka meretas perusahaan, politisi, atau lembaga pemerintah AS. "Pemilihan presiden AS adalah urusan internal, kami tidak tertarik untuk ikut campur di dalamnya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, pada April.
O'Brien mengatakan, AS telah melihat para peretas mencoba menyusup ke situs web milik kantor Menteri Luar Negeri di seluruh negeri. Lembaga negara itu bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pemilihan di tingkat lokal dan mengumpulkan data warga AS.
"Ini adalah masalah yang nyata dan bukan hanya Rusia. Akan ada konsekuensi berat bagi negara mana pun yang mencoba untuk ikut campur dalam pemilihan umum yang bebas dan adil," ujar O'Brien.
ODNI sebelumnya mengatakan bahwa musuh berusaha untuk meretas komunikasi pribadi kandidat politik dan menembus sistem pemilihan AS menjelang pemilihan November. China dilaporkan lebih suka Presiden Donald Trump tidak memenangkan pemilihan kembali kursi presiden untuk periode selanjutnya.