REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) Senin (10/8) ternyata salah satu tempat pariwisata alam yaitu Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara masih dikotori sampah. Bahkan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mengumpulkan sampah Senin (10/8) hari ini dengan volume 417 kilogram (kg).
Wakil Menteri (Wamen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Alue Dohong mengatakan, sampah-sampah ini terbawa oleh air pasang (rob) dan menumpuk di pinggir mangrove. "Hari ini ada 417 kg sampah dengan total karung sebanyak 205 buah. Mayoritas sampah plastik seperti minuman air kemasan," katanya saat ditemui usai bersih-bersih sampah di TWA Mangrove Angke Kapuk dalam rangka Acara Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2020, Senin (10/8).
Padahal, dia melanjutkan, sampah plastik ini tidak terurai alam dan bakteri, bahkan bisa mengandung bahan yang berbahaya dan beracun. Akibatnya, sampah ini akan mengganggu proses pertumbuhan mangrove. "Jadi, dalam waktu dekat kami akan memasang jaring dalam rangka menyaring sampah di hulu. Saya menyarankan agar sepanjang wilayah di area mangrove yang terdapat sampah dipasang jaring penangkap," ujarnya.
Jaring ini, dia melanjutkan, nantinya bisa menahan sampah supaya tidak sempat masuk ke dalam area mangrove di dalam. Untuk realisasi rencana, ia mengaku sudah berbicara dengan wali kota Jakarta Utara dan dirjen terkait di Kementerian LHK yaitu dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) dan PSLB3. Kemudian pihaknya akan mengukur panjang jaring penangkap sampah tersebut.
"Saya kira tidak sulit membuat jaring," ujarnya.
Di kesempatan yang sama Dirjen KSDAE Kementerian LHK Wiratno menambahkan, Aksi bersih sampah ini merupakan rangkaian kegiatan Road to HKAN 2020 yang dilaksanakan tepat di tanggal 10 Agustus yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 2009 sebagai Hari Konservasi Alam Nasional.
Pelaksanaan HKAN 2020 disebutnya menjadi momentum perayaan nasional yang sangat bersejarah karenakan dilaksanakan ditengah-tengah mewabahnya virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) yang menjadi global pandemi seluruh negara di dunia.
"Pandemi Covid-19 tidak hanya mengakibatkan krisis di bidang kesehatan tetapi juga berdampak pada seluruh aspek terutama di bidang ekonomi termasuk sektor pariwisata alam," katanya.
Oleh karenanya Wiratno menyatakan jika upaya reaktivasi kawasan konservasi menjadi salah satu bentuk pemulihan ekonomi di masa Pandemi Covid-19, namun dengan pengaturan ketat untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
"Reaktivasi diharapkan dapat mendukung kegiatan pariwisata alam dengan mengusung konsep forest for healing yang berakar kuat dari sikap hidup dan budaya living with nature yang tidak mengedepankan jumlah kunjungan, namun justru quality tourism," ujarnya.
Aksi Bersih Kawasan Konservasi dan Penanaman Pohon ini juga dihadiri oleh tamu undangan antara lain Wakil Wali Kota Jakarta Utara, Dirjen lingkup Kementerian LHK, Direktur lingkup Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kepala Balai KSDA dan Kepala Taman Nasional, Ketua Pembina Saka Wanabhakti dan Saka Kalpataru, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Prov Jakarta, Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, Camat Penjaringan, Lurah Kamal Muara, Kapolsek Penjaringan, Koramil, Ketua Yayasan International Animal Rescue, Ketua Kelompok Edukasi SM Muara Angke, Ketua FK3I, Ketua Kelompok Pecinta Rimba Alam Liar, Pimpinan PT Multi Artha Pratama dan PT Murindra Karya Lestari.