Senin 10 Aug 2020 21:23 WIB

Terapkan Kurikullum Islami, Pakistan Malah Hadapi Kritikan

Kurikulum Islami yang diterapkan Pakistan padahal muatannya sangat religius.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Kurikulum Islami yang diterapkan Pakistan padahal muatannya sangat religius. Bendera Pakistan
Foto: www.tiptoptens.com
Kurikulum Islami yang diterapkan Pakistan padahal muatannya sangat religius. Bendera Pakistan

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD – Pemerintahan Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) mendapat informasi tentang propaganda keji yang dilancarkan elemen tertentu.

Yakni mereka yang kecewa dengan konten Islam yang dimasukkan dalam Kurikulum Nasional Tunggal (SNC) dengan konsensus pusat dan provinsi.

Baca Juga

Menteri Pendidikan Shafqat Mehmood dan pejabat tinggi kementerian telah diberitahu tentang kampanye keji ini. Menurut sumber pemerintah, kampanyenya didasarkan pada persepsi yang salah dan ditujukan untuk menargetkan konten Islami dalam kurikulum. 

Perkembangan SNC didorong pertimbangan utama seperti ajaran Alquran dan Sunah, kerangka konstitusional, visi Quaid dan Iqbal, fokus pada nilai-nilai, pendidikan berbasis kecakapan hidup dan inklusif, penghormatan dan penghargaan terhadap budaya dan agama yang berbeda di konteks lokal dan global. 

Serta fokus pada proyek, penyelidikan dan pembelajaran berbasis aktivitas, pengembangan keterampilan abad ke-21, termasuk pemikiran analitis, kritis dan kreatif.

SNC sedang dikembangkan oleh Dewan Kurikulum Nasional (NCC), Kementerian Pendidikan Federal dan Pelatihan Profesional dalam konsultasi dan kolaborasi dengan departemen pendidikan dari semua unit federasi negara.

Menurut artikel yang ditulis Ansar Abbasi dan dipublikasikan The News pada Ahad (9/8), sumber kementerian mengatakan bahwa akhir-akhir ini ada kampanye berdasarkan persepsi yang salah telah diluncurkan terhadap SNC. Mereka yang memimpin kampanye terutama menargetkan konten Islami yang termasuk dalam kurikulum. 

Terkait propaganda terhadap kurikulum Islamiat, sumber-sumber pemerintah memberikan kepada The News fakta-fakta yang didistorsi oleh unsur-unsur kepentingan. Dijelaskan bahwa Islamiat kini merupakan mata pelajaran tersendiri dari kelas 1 dan seterusnya. 

Sebelumnya untuk kelas 1 dan 2 merupakan bagian dari kurikulum pengetahuan umum yang terintegrasi. Kurikulum Islamiat telah direvisi baik oleh perwakilan unit federasi maupun perwakilan dari Ittehad Tanzimat-e-Madaris Pakistan.

Dikatakan bahwa tidak ada standar dan tujuan belajar siswa (SLO) pada kurikulum 2006 sebelumnya. Sekarang, hal tersebut telah ditambahkan dalam SNC beserta definisinya.

Menurut Undang-Undang Ajaran Wajib Alquran 2017", SLO telah ditambahkan dalam kurikulum Islamiat. Selain Nazra Quran, kerangka membaca 200 hadis dari kelas I-XII telah ditambahkan. 

Kurikulum baru mencakup tambahan dua hal. Yaitu Husn-e-Muamlat o Muashrat dan Islami Taleemat aur Dour-e-Hazir ke Taqazay. Untuk kelas dasar, SLO telah dikembangkan dengan tetap memperhatikan pemikiran tingkat tinggi selain menambahkan instruksi untuk guru, penulis buku teks dan ahli penilaian. Mitos SNC Islamiat akan membebani siswa.

photo
Ilustrasi madrasah, di Karachi, Pakistan, Kamis, (14/9). - (AP/ Fareed Khan)

Faktanya, dalam Kurikulum Nasional 2006, kurikulum Islamiat hanya bertumpu pada tema. Dalam kurikulum tersebut, penulis buku teks mampu menafsirkan topik sesuai pemahaman mereka sendiri. 

Di SNC Islamiat, standar, tolok ukur dan hasil belajar siswa telah dimasukkan. Ini akan memastikan tidak ada salah tafsir pada bagian tema tertentu dari penulis mana pun. Beban kerja keseluruhan kurang lebih sama.

Porsi Alquran telah ditambahkan dalam kurikulum sesuai dengan Undang-Undang Pengajaran Alquran 2017. Jangka waktu penyelesaian Alquran sesuai dengan Undang-Undang dan bukan tambahan Kurikulum Nasional Tunggal.

Kerangka pembelajaran hadits hanya 18 hadits dari kelas 1 sampai dengan 5. Hadits ini sangat singkat dan mudah dipahami. Hadis tentang nilai-nilai seperti kejujuran, kebersihan, kesucian niat, menghindari fitnah, menggunakan bahasa lembut, berperilaku baik dengan tetangga dan nilai-nilai serupa lainnya.

Sekolah negeri akan kebanjiran lulusan madrasah?

Faktanya, meskipun tidak ada salahnya memberikan pekerjaan kepada lulusan madrasah di lembaga pendidikan kontemporer, itu adalah klaim yang sama sekali tidak berdasar. Kegiatan tertentu telah diberikan dengan tetap memperhatikan sumber daya dari berbagai lembaga. Untuk mengajarkan Alquran dengan tajwid yang tepat, disarankan agar qari dapat diatur atau sebagai alternatif, rekaman pembacaan dari qari yang dikenal dapat diberikan. 

Ini menunjukkan bahwa tidak diwajibkan bagi sekolah mana pun untuk mengatur qari tetapi mereka juga dapat mencari alternatif menggunakan rekaman pengajian. 

Kurikulum tunggal, bagaimana dengan minoritas?

Faktanya, sebelumnya mata pelajaran etika diperuntukkan bagi siswa non-Muslim sebagai pengganti Islamiat dari kelas 3 dan seterusnya. Sekarang mata pelajaran baru pendidikan agama telah diperkenalkan dari kelas 1 dan seterusnya untuk siswa non-Muslim dari komunitas Kristen, Hindu, Sikh, Bahaisme dan Kalash di Pakistan.

Akan sektarian?

Faktanya, untuk pertama kalinya dalam sejarah Pakistan, perwakilan dari kelima faksi Ittehad Tanzimatul Madaris Pakistan adalah bagian dari tim kurikulum. Mereka berfokus pada kesamaan daripada menambahkan perbedaan berbasis sekte. Karenanya, kurikulum ini bebas dari bias apapun bagi sekte Islam manapun.

Hanya berfokus pada hafalan?  

Faktanya, ini adalah kurikulum berbasis hasil dan berbasis aktivitas. Ini mendorong siswa untuk beralih dari pembelajaran pasif ke aktif. Aktivitas telah ditambahkan untuk semua jenis pelajar. Ini adalah kurikulum yang sesuai usia dan tingkat yang akan membantu siswa mencapai potensi penuh mereka.

Sumber:  https://www.thenews.com.pk/print/698208-who-is-upset-with-islamic-content-of-single-national-curriculum   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement