Selasa 11 Aug 2020 00:14 WIB

Kecewa Trump, Hampir 6.000 Warga AS Lepas Kewarganegaraan

Pajak juga menjadi alasan lain warga AS melepas kewarganegaraannya.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Indira Rezkisari
 Presiden Donald Trump
Foto: AP/Evan Vucci
Presiden Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lebih dari 5.800 orang Amerika melepaskan kewarganegaraan mereka dalam enam bulan pertama tahun 2020. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan 2.072 orang Amerika yang mencabut kewarganegaraan mereka di sepanjang tahun 2019, menurut Bambridge Accountants.

Bambridge Accountants adalah perusahaan berbasis di New York yang mengkhususkan diri pada pajak ekspatriat AS, ekspatriat Inggris, aktor  dan materi iklan lainnya di AS dan Inggris. Perusahaan itu memeriksa data publik, yang diterbitkan oleh pemerintah AS setiap tiga bulan, dari nama-nama semua orang Amerika yang melepaskan kewarganegaraan mereka.

Baca Juga

"Mereka sebagian besar adalah orang-orang yang telah meninggalkan AS dan baru saja memutuskan bahwa mereka sudah muak dengan segalanya," ujar Alistair Bambridge, mitra di Bambridge Accountants, dilansir di CNN, Senin (10/8).

"Apa yang kami lihat adalah orang-orang yang muak dengan semua yang terjadi dengan Presiden Donald Trump, bagaimana pandemi virus corona ditangani, dan kebijakan politik di AS saat ini," jelasnya.

Meskipun banyak orang yang mencabut kewarganegaraan mereka karena tidak senang dengan iklim politik saat ini di AS, alasan lain dari keputusan mereka seringkali adalah pajak, menurut Bambridge. Warga AS yang tinggal di luar negeri masih diwajibkan untuk mengajukan pengembalian pajak setiap tahun, melaporkan rekening bank asing, investasi, dan pensiun mereka.

Sementara warga negara ini dapat mengklaim cek stimulus 1.200 dolar AS dan 500 dolar AS untuk setiap anak, bagi banyak orang, pelaporan pajak tahunan AS terlalu berlebihan. Orang Amerika yang ingin melepaskan kewarganegaraan mereka harus membayar 2.350 dolar AS dan datang langsung ke kedutaan AS di negara mereka jika mereka tidak berada di Amerika.

Terlepas dari risiko yang datang dengan melepaskan kewarganegaraan AS, Bambridge memprediksi bahwa tren tersebut akan terus meningkat. "Banyak orang menunggu pemilihan November untuk melihat apa yang akan terjadi. Jika Presiden Trump terpilih kembali, kami yakin akan ada gelombang orang lain yang akan memutuskan untuk mencabut kewarganegaraan mereka."kata Bambridge.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement