Selasa 11 Aug 2020 13:58 WIB

Petani Ikuti Pelatihan Online Pembuatan Pestisida Alami

Misi pertanian ramah lingkungan menjamin produk sehat dan lingkungan yang alami

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai arahannya sangat mendukung pengembangan pertanian ramah lingkungan. Direktorat Jenderal Hortikultura pun merealisasikannya ke dalam program strategisnya. Salah satunya melalui Gedor Horti, sebuah Gerakan Mendorong Produksi, daya Saing, dan Ramah Lingkungan Hortikultura yang bertujuan meningkatkan kualitas produksi dan daya saing hortikultura.

Misi pertanian ramah lingkungan yang tertuang dalam Gedor Horti menjamin produk yang sehat dan lingkungan yang alami. “Bahwa pengelolaan budi daya maupun pengendalian OPT harus memperhatikan dampaknya pada lingkungan dan diri kita sebagai konsumen. Produk yang sehat berasal dari bahan baku yang sehat,” kata Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam keterangannya, Selasa (11/8). 

Salah satu kegiatan terkait pencapaian Gedor Horti adalah membentuk Klinik  Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) dan memberikan fasilitasi sarana prasarana Klinik PHT. Salah satu yang mendapat bantuan fasilitasi tersebut adalah Kelompok Tani Sentosa II, Desa Segerang, Kecamatan  Mapili, Kabupaten Polman.

Bantuan yang diterima petani terdiri atas kulkas, enkas, drum, kompor gas dan tabung, aerator, sambungan L, selang, glasswall, jeriken, baskom besar, palstik tahan panas, lem tembak, dan peluru tembak. Perlengkapan ini digunakan untuk membuat pestisida nabati dan agens hayati.

Sejak mendapatkan sarana prasarana klinik PHT, para petani senantiasa berkumpul di malam hari setelah selesai berkebun untuk mempraktikkan sendiri pembuatan pestisida nabati dan agens hayati seperti Trichoderma sp., Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Paenibacillus dan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). 

Kepala Seksi Pengembangan Teknologi dan Laboratorium OPT UPTD BPTPH Sulawesi Barat, Ritje Kombe mengatakan panduan membuat pestisida dana gens hayati dilakukan via video call oleh petugas POPT. Petugas yang membimbing tentuanya yang sudah mendapatkan pelatihan sebelumnya dari Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari. “Awalnya petani mendapat pembinaan langsung dari BPTPH Sulawesi Barat. Dikarenakan terkendala Covid-19, pembinaan selanjutnya dilakukan secara virtual,” kata Ritje.

Ritje menyebutkan pembuatan agens hayati oleh petani memang tidak selalu berjalan lancar. Terkadang mengalami kegagalan dalam proses perbanyakannya. Namun demikian, petani terus mencoba karena telah berkomitmen untuk  berhenti menggunakan pestisida kimia.

Klinik PHT tersebut merupakan sarana koordinasi dan konsultasi bagi petani dan petugas perlindungan dalam menyelesaikan permasalahan serta memberikan saran-saran dalam upaya antisipasi serangan OPT. Selain sebagai wadah konsultasi, Klinik PHT juga mengadakan pengembangan bahan pengendali OPT ramah lingkungan seperti agens hayati dan pestisida nabati.

Direktur Perlindungan Hortikultura Sri Wijayanti Yusuf mengapresiasi antusiasme petani serta dedikasi petugas BPTPH Provinsi Sulawesi Barat yang tetap bersemangat di masa pandemi Covid-19.  ”Petugas sangat berjasa dalam membantu petani menyiapkan bahan pengendali OPT maupun memberikan arahan terkait pembuatan agens hayati. Walaupun tidak bertemu secara langsung, prosesnya dapat berhasil dengan baik. Saya harap petani yang berkumpul tetap menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker dan mengikuti arahan jaga jarak,” kata direktur yang biasa dipanggil Yanti ini.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement