REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sebanyak dua anak di Desa Pamoyanan, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, meninggal dunia diduga akibat demam berdarah dengue (DBD) pada Senin (10/8). Anak yang masih berusia 11 tahun dan 5 tahun itu dimakamkan para Selasa (11/8).
Kepala Desa Pamoyanan Aha Nugraha mengatakan, dua anak itu sebelumnya sempat menjalani perawatan di rumah sakit. Namun, kedua anak itu akhirnya meninggal saat menjalani perawatan di rumah sakit. "Ini harus menjadi perhatian pemerintah," kata dia, Selasa.
Dia mengatakan, sudah banyak warganya yang terpapar penyakit DBD. Terakhir, masih ada satu orang anak yang dirawat di rumah sakit.
Aha meminta, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya segera bertindak untuk melakukan penanganan. Jika tidak, lanjut dia, korban akibat DBD akan semakin bertambah.
"Ini sudah KBL (kejadian luar biasa) seharusnya. Karana itu, harus ada tindakan cepat. Misalnya (fogging) pengasapan," kata dia.
Aha juga mingimbau, warga untuk lebih giat membersihkan lingkungannya. Sebab, menurut dia, penanganan paling penting adalah melakukan tindakan menguras, menutup, dan mengubur (3M).
Pengelola program penanganan DBD, Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, Maria Ulfah mengatakan, berdasarkan laporan yang diterimanya, hanya ada satu korban meninggal dunia akibat DBD di Kecamatan Kadipaten selama Agustus. Sementara satunya adalah warga Kecamatan Pagerangeung.
"Total yang meninggal selama Agustus akibat DBD ada dua orang," kata dia.
Dia menyebutkan, data yang hingga Juli total terdapat 132 kasus DBD. Selama Juli, terdapat dua orang yang meninggal akibat DBD, yaitu berasla dari Kecamatan Sukarame dan Cisayong.
Menurut dia, untuk melakukan penanganan kasus DBD, Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya telah menggerakan program pengasapan ke sejumlah lingkungan warga. Namun, dia menilai, yang paling utama dalam pemberantasan nyamuk aedes aegypti adalah menjaga kebersihan lingkungan melalui program 3M.