REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tumpahan minyak terjadi di perairan Kepulauan Seribu, tepatnya di Pulau Untung Jawa dan Tidung, Senin (11/8). Namun, jumlah tumpahan lebih banyak terjadi di Pulau Pari, yang baru diketahui pihak berwenang pada Selasa (11/8). Untuk di Pulau Tidung dan Untung Jawa tersebar hanya sedikit dan titik-titik kecil, sedangkan di Pulau Pari memanjang hingga dua kilometer.
Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kepulauan Seribu, Djoko Rianto Budi Hartono, mengatakan, pihaknya mendapt laporan kejadian tersebut pada Senin malam. Berdasarkan laporan jumlah tumpahan minyak tidak terlalu banyak, tanpa merinci angka pastinya. Pada Selasa pagi, Djoko kembali mendapat laporan dari jajarannya di Pulau Pari juga terjadi tumpahan minya, yang langsung dilakukan proses pembersihan oleh petugas.
Dibantu masyarakat, petugas penanganan sarana dan prasarana (PPSU), dan pegawai PT Pertamina, hingga Selasa sore, total tumpahan minyak yang terkumpul mencapai 380 karung minyak mentah. Pihak Suku DLH Kabupaten Kepulauan Seribu sudah membawa sampel tumpahan ke laboratorium milik DLH DKI jakarta untuk diteliti.
"Dibantu teman-teman Pertamina, karena itu indikasi minyak atau oli, yang tahu persis penanganan minyak atau oli kan Pertamina. Cuma kita juga sudah ambil sampelnya untuk dianalisis di laboratorium milik LH," kata Djoko kepada wartawan pada Selasa.
Dikonfirmasi terkait tumpahan minyak di Kepulauan Seribu, VP Relations Pertamina Hulu Energi (PHE), Ifki Sukarya mengatakan, PT Pertamina belum mengetahui sumbernya kebocoran minyak. Menurut dia, sumur YYA-1 di Karawang yang pernah bocor sudah ditutup sejak 21 September 2019, dan kini tidak lagi beroperasi.
"Untuk saat ini, kita sudah berkoordinasi dengan pemkab, dan KSOP (Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Kepulauan Seribu), dan yang paling penting pembersihan terlebih dahulu," kata Ifki kepada Republika.
Ifki menuturkan, jika sumur YYA-1 bocor maka yang tercemar terlebih dahulu adalah Tanjung Sedari di Kabupaten Karawang lebih dulu. Alasannya, dia menjelaskan, karena arus air bergerak dari timur ke barat. Sedangkan Pulau Pari berada di selatan. Namun pascakebocoran 2019, sambung dia, Tanjung Sedari kini tidak ada masalah lagi.
"Karena YYA-1 dekat perairan Karawang, harusnya yang kena lebih dulu itu kembali lagi seperti tahun lalu, harusnya Tanjung Sedari dulu yang kena, sebelum ke Teluk Jakarta. Tetapi di sana (Tanjung Sedari) tidak ada masalah," ujar Ifki.