REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian pasien Covid-19 masih mengalami kesulitan bernapas di masa pemulihan. Terapi manual dinilai dapat membantu mereka untuk bernapas lebih mudah dengan cara yang sedikit berbeda.
Ahli hepatologi dari Mount Sinai Hospital Dr Douglas Dieterich merupakan salah satu pasien Covid-19 yang mengalami masalah tersebut. Dr Dieterich sempat menjalani perawatan di rumah sakit dan di ruang perawatan intensif (ICU) selama lebih dari tiga pekan.
Saat diperbolehkan pulang pada akhir April, Dr Dieterich masih memiliki masalah pada saturasi oksigennya. Meski sudah menggunakan tabung oksigen 6 liter, saturasi oksigen Dr Dieterich bisa jatuh di angka 80-an ketika dia mencoba berdiri dan beraktivitas di dapur.
"Saya bahkan tak bisa duduk selama 30 menit," ujar Dr Dieterich, seperti dilansir Fox News.
Selama masa pemulihan di rumah ini, Dr Dieterich mendapatkan bantuan dari terapis fisik bersertifikat. Terapis inilah yang memperkenalkan Dr Dieterich kepada terapi manual. Secara virtual, terapis tersebut mengajarkan teknik memijat otot-otot di antara rusuk sebagai bentuk terapi.
Dr Dieterich mengatakan, perawatan di rumah sakit selama berminggu-minggu membuat otot menjadi kaku dan mengalami dekondisi. Hal ini membuat dirinya sulit untuk menarik napas dalam-dalam.
"Terapi fisik manual benar-benar masuk ke sana dan membantu rusuk untuk benar-benar terpisah ketika saya menarik napas yang dalam," ujar Dr Dieterich.
Praktisi terapi manual Valerie Harris mengatakan bernapas adalah kegiatan yang otomatis terjadi. Akan tetapi, kedalaman dalam bernapas bergantung pada fungsi otot dan juga kerja tulang rusuk yang efisien.
"Terapis fisik dapat membantu memperbaiki efisiensi fungsi pernapasan melalui pelepasan jaringan lunak dari tulang rusuk yang terbatas dan otot toraks," ungkap Harris.
Harris mengatakan, terapi manual dapat membantu mobilisasi sendi pada masing-masing rusuk serta tulang belakang. Dengan begitu, pergerakan pada tulang rusuk dan otot bisa kembali bekerja dengan optimal ketika seseorang menarik atau membuang napas.
Menurut Harris, terapi manual ini sebaiknya disertai dengan latihan bernapas. Latihan bernapas bisa dilakukan sebelum dan juga sesudah terapi manual dilakukan. Latihan bernapas ini dapat membantu perluasan paru dengan lebih baik dan dapat membantu difusi oksigen yang juga lebih baik ke seluruh tubuh.
Selain menyoroti mobilitas rusuk, Harris juga berfokus pada diafragma atau otot yang berada di bawah paru. Ia menjelaskan bahwa diafragma merupakan otot utama dalam pernapasan.
"Dan selama inspirasi (menghirup oksigen), diafragma berkontraksi dan menarik ke bawah," tutur Harris.
Otot-otot di antara rusuk atau otot intercostal bekerja dengan diafragma untuk melebarkan dada, sehingga udara bisa masuk ke paru. Ketika otot-otot ini kaku, dada tak bisa melebar dengan efisien.
"Kekakuan ini umumnya terlihat pada pasien pasca-Covid-19 yang pernah dirawat di ICU," tutur terapis fisik Tamar Amitay yang juga mempraktikan teknik terapi manual.