REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Media-media Korea Selatan (Korsel) melaporkan Korsel dan Amerika Serikat (AS) akan mulai menggelar latihan militer mereka pada pekan ini. Tapi latihan itu tidak mengerahkan pasukan yang bermarkas di AS karena virus corona.
Kedua negara sudah membahas bagaimana mereka menggelar latihan militer bersama yang biasanya digelar pada Agustus sebab virus corona mengganggu keluar-masuknya personel AS.
Program latihan ini melibatkan puluhan ribu pasukan kedua negara. Sebagian besar fokus menggunakan simulasi komputer dibandingkan latihan lapangan langsung.
Rabu (12/8) kantor berita Korsel Yonhap melaporkan skala latihan yang dijadwalkan pada 16 hingga 28 Agustus ini diperkecil. Walaupun waktunya diperpanjang beberapa hari agar peserta dapat disebar ke berbagai program dan meminimalisir aktivitas malam hari.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan rencana ini belum difinalisasi. Angkatan Bersenjata Korsel-AS (USFK) belum menjawab permintaan komentar.
Sejak Juli lalu USFK yang memiliki 28.500 personel melaporkan 65 kasus Covid-19 yang terjadi di antara karyawan dan keluarga mereka. Hal ini memicu kekhawatiran warga Korsel yang tinggal di dekat pangkalan mereka. Semua kasus dikonfirmasi saat kedatangan atau ketika menjalani karantina wajib selama dua pekan.
Biasanya Korea Utara (Korut) mengawasi dengan ketat latihan gabungan AS-Korsel. Pyongyang kerap menyebut latihan itu sebagai 'persiapan untuk berperang'. Dalam beberapa tahun terakhir program latihan ini mulai dikurangi agar AS dapat menegosiasikan program nuklir Semenanjung Korea.
Latihan tahun ini juga memberikan kesempatan bagi Korsel untuk bersiap mengambil alih ruang kendali operasi perang atau wartime operational control (OPCON). Presiden Korsel Moon Jae-in telah berjanji proses pengambilalihan akan selesai sebelum masa jabatannya berakhir pada tahun 2022 mendatang.