REPUBLIKA.CO.ID SERANG--Kepala Dinas Pertanian Kelautan dan Peternakan (DPKP) Kota Serang Edinata Sukarya mengatakan, luasnya hamparan sawah seperti di Kecamatan Kasemen tidak berarti para petani dalam kondisi sejahtera. Hal ini karena mayoritas petani di wilayahnya merupakan buruh tani atau bukan pemilik lahan sehingga seringkali malah kesulitan pangan
"Jangan dikira sekarang sawah hijau jadi akan mendapat hasil bagus, padahal sekali panen habis sehari, nggak ada diangkut, karena sifatnya buruh. Kalau orang lihat kan Kasemen jago, air bagus tapi hasilnya dia nggak merasakan," kata Edinata Sukarya, usai agenda pemberian bantuan pangan stimulus bagi petani dari Pemkot Serang di Kecamatan Kasemen, Rabu (12/8).
Masa pandemi covid-19 dikatakannya juga membuat kondisi para petani semakin kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. "Petani yang punya lahan sendiri juga banyak yang akhirnya digadaikan atau dijual untuk biaya anaknya. Nah, sekarang pupuk dibantu, bibit dibantu, air dibantu tapi ketika panen yang merasakan adalah orang yang berduitnya (pemilik lahan)," katanya.
Menurutnya kondisi ini juga membuat hasil panen dari petani di wilayahnya langsung diangkut keluar daerah sehingga menimbulkan kurangnya stok beras. "Makanya kita wajar ada kekurangan untuk penduduk Kota Serang stok beras 29 sampai 30 ton per tahun karena produksi kita," katanya.
Mengatasi kondisi petani ini, Edinata mengatakan Pemkot Serang memberikan bantuan stimulus bagi para petani di wilayahnya agar tetap bisa bertahan di masa pandemi seperti sekarang. Bantuan beras sebanyak 225 ton disebutnya telah disiapkan Pemkot Serang untuk meringankan beban para petani di masa sulit ini.
"Ada bantuan beras sebanyak 225 ton, lainnya sudah tersebar tapi Kasemen yang baru hari ini kita bagikan paling besar dengan jumlah 7079 orang. Bantuan ini bagi petani, buruh tani dan KWT (kelompok tani wanita) yang kita berikan," ujarnya.
Kondisi sulit petani di Kasemen dibenarkan salah seorang Ketua Kelompo Tani (poktan) Kelurahan Bendung, Kasemen, Bahrumi (54 tahun) yang menuturkan sulitnya usaha tani di masa pandemi. Karena pandemi, penghasilan dari sawah hanya bisa dirasakan 70 hingga 40 persen dari total pendapatan panen.
"Emang susah pendapatan gara-gara covid-19 ini, penghasilannya hanya bisa dirasakan paling banyak 70 persen. Saya sendiri kurangnya banyak tadinya 80 persen sekarang paling cuman 40 persen," tuturnya.
Bahrumi membenarkan sebagian besar dari petani di wilayahnya adalah petani penggarap atau buruh tani sehingga tidak mendapat hasil penuh dari usahanya. "Kelompok kita ada yang punya sendiri ada yang penggarap. Buat yang penggarap kan akhirnya hasil dilempar ke luar daerah, maksud saya biar dirampung di daerah aja biar ada untuk kita," katanya.
Dia juga mengharap agar Pemkot Serang memberikan bantuan berupa modal usaha untuk pembelian bibit dan pupuk untuk bertani. Dengan adanya modal usaha, Bahrumi meyakini para petani lebih memilih menjual hasil taninya di Kota Serang.
"Kita inginnya ada bantuan modal usaha juga biar berjalan, biar istilahnya padi jangan dijual keluar daerah. Ini biar kebutuhan beras buat kelompok kota juga terpenuhi," ungkapnya.
Sementara Wali Kota Serang Syafrudin menuturkan langkah pemberian bantuan bagi petani dari pemkot bertujuan agar kondisi masyarakat bisa pulih setelah beberapa bulan terdampak korona. Bantuan juga diberikan bagi berbagai pelaku usaha seperti nelayan hingga pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).