Rabu 12 Aug 2020 16:51 WIB

MPR RI Sebut SKB 4 Menteri Perlu Diawasi

MPR dorong Kemendikbud lakukan sosialisasi SKB agar daerah paham maksud dan tujuannya

Rep: Ali Mansur / Red: Agus Yulianto
Ketua MPR Bambang Soesatyo
Foto: MPR
Ketua MPR Bambang Soesatyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet) mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), untuk memastikan SKB 4 Menteri dapat dilaksanakan sesuai asas perundang-undangan. Juga disesuaikan dengan kondisi saat ini serta tidak bertentangan dengan perundangan diatasnya.

". MPR berharap, tidak ada daerah yang melanggar SKB 4 Menteri, dikarenakan hal tersebut berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan peserta didik dan tenaga pengajar," tutur Bamsoet dalam keterangannya, Rabu (11/8).

Selanjutnya, kata Bamsoet, pemerintah tetap menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan perbaikan, ketimbang memaksakan sistem pembelajaran tatap muka. Sekalipun sekolah tersebut berada di zona kuning ataupun hijau, dikarenakan hal tersebut dapat mengancam kesehatan dan keselamatan siswa/i maupun tenaga pengajar.

"Mendorong pemerintah daerah meminta sekolah-sekolah di daerahnya masing-masing untuk dapat melaksanakan SKB 4 Menteri tersebut, sehingga tidak terulang kembali pelanggaran SKB 4 Menteri seperti di 79 daerah sebelumnya," tutur politikus Partai Golkar.

Sebelumnya, Pemerintah mengumumkan kebijakan penyesuaian pembelajaran di masa pandemi Covid-19 melalui kanal youtube Kemendikbud RI, Jumat (7/8). Hadir memberikan pengumuman tersebut Muhadjir Effendy selaku Menko PMK, Nadiem Makarim selaku Mendikbud, Doni Monardo selaku Ketua Gugus Tugas penanganan Covid-19, Tito Karnavian selaku Mendagri, Dr. Terawan selaku Menteri Kesehatan, dan Fachrul Razi selaku Menteri Agama. Berlaku sebagai moderator Sekretaris Jenderal Kemendikbud  Ainun Na’im.

Dalam pertemuan tersebut, diumumkan bahwa terdapat revisi akan SKB 4 menteri, terdapat perluasan zona yang diperbolehkan menjalankan pembelajaran tatap muka. Sekarang zona kuning diperbolehkan untuk melalukan tatap muka. Kendati demikian, keputusan membuka atau tidak tetap menjadi kewenangan pemda dan kepala sekolah. 

“Pembukaan sekolah tetap mengikuti protokol yang telah ditetapkan sebelumnya. Yaitu, diizinkan oleh pemda/kanwil setempat, terpenuhinya daftar periksa oleh satuan pendidikan, dan adanya persetujuan dari orangtua murid”, ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement