REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Staf Khusus Kementrian BUMN Arya Sinulingga mengaku, Indonesia mesti bersyukur bisa bekerja sama dengan partner global Sinovac asal China untuk melakukan uji klinis vaksin Covid-19. Menurut Arya, proses ini diharapkan bisa mempercepat pemberian vaksin kepada masyarakat.
"Banyak negara rebutan kerja sama dengan partner global, seperti Sinovac. Karena vaksin ini sudah masuk fase 3, artinya prosesnya sudah di ujung," ujar Arya di Bio Farma, Kota Bandung, Rabu (12/8).
Saat ini, kata dia, prosesnya tinggal mengambil sampel beberapa negara. "Karena ini pandemi, harus cepat. Kita beruntung, mereka mau kerja sama dengan kita," kata
Menurut Arya, proses uji klinis vaksin sinovac yang saat ini sedang dilakukan Unpad dan Bio Farma menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang pertama sekali akan mengunakan vaksin Covid-19. Hanya sedikit negara dunia yang sekarang sedang proses vaksin ini. Seperti Inggris, Amerika Serikat, Rusia, dan lainnya.
Saat ini, kata dia, hampir semua negara mencari vaksin Covid-19. Karena, setelah vaksin selesai, diproduksi dan disuntikkan kepada mayarakat, akan ada konsekwensi ekonomi, sosial, dan lainnya terhadap suatu negara. Sebagai gambaran, saat ini hampir semua negara mengalami kontraksi ekonomi akibat pandemi.
Pada dasarnya, kata dia, Indonesia tak hanya bekerja sama dengan Sinovac. Tetapi juga dengan beberapa lembaga lainnya seperti WHO dan lembaga dalam negeri yang akan memprediksi vaksin covid merah putih. Pemerintah, dalam hal ini akan mencari siapa yang paling cepat membuat vaksin.
Arya mengatakan, tak ada keraguan terhadap kemampuan Bio Farma memproduksi vaksin. Karena, Bio Farma telah memproduksi 75 persen vaksin polio dunia. "14 vaksin telah dibuat Bio Farma serta telah diekspor ke 149 negara. Dan 57 negara di antaranya adalah negara Islam (OKI)," katanya.