REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Amerika Serikat (AS) Alex Azar mengaku kunjungannya ke Taiwan bukan sebagai tindakan provokatif ke China. Azar menegaskan kedatangannya fokus pada kerja sama dan persahabatan AS-Taiwan. Tapi di saat yang sama ia juga mengkritik Beijing yang menurutnya tidak transparan mengenai Covid-19.
"Dalam kunjungan resmi saya ke Taiwan, saya sangat merasa terhormat bertemu dengan Presiden Tsai (Ing-wen) dan juga Wakil Presiden Lai (Ching-te) dan saya sedang duduk Wakil Perdana Menteri Shen (Jong-Chin)," kata Azar dalam konferensi sambungan telepon yang Republika.co.id ikuti, Rabu (12/8).
Azar mengatakan dalam kunjungan ini juga bertemu dengan dengan seluruh pemimpin-pemimpin akademisi dan pemimpin departemen penyakit menular. Ia juga bertemu Menteri Luar Negeri (Joseph) Wu, kepala penasihat keamanan nasional, dan anggota kabinet Taiwan lainnya.
"Kunjungan serta pesan saya ke Taiwan benar-benar fokus pada kerja sama dan persahabatan antara Taiwan dan Amerika Serikat. Saya kira ada tiga hal yang menjadi inti dari kunjungan ini," kata Azar
Azar mengatakan pertama kunjungan itu untuk mengakui Taiwan sebagai pemerintahan dan masyarakat yang terbuka, transparan dan demokratis. Ia menambahkan di Taiwan ia melihat interaksi media yang begitu aktif dan sangat transparan. Lalu, ia mulai mengkritik pemerintahan China.
"Kedua untuk mengucapkan selamat pada Taiwan sebagai contoh dalam isu kesehatan atas kerja sama dan koloborasinya yang terbuka dan transparan. Dan hal itu bertolak belakang dengan apa yang dilakukan pemerintah Partai Komunis Cina dalam hal ini," katanya.
Azar menjelaskan mana China dapat dan seharusnya mengungkapkan lebih banyak informasi, lebih transparan, lebih kooperatif mengenai Covid-19. Mereka seharusnya mengungkapkan penyebaran virus antara manusia.
"Mereka seharusnya mengungkapkan penularan dari orang tanpa gejala. Dan selama empat bulan setengah mereka menahan pakar dari luar mempelajari lebih banyak lagi mengenai sifat alami dari penyakit ini," tambahnya.
Azar mengatakan China mendapat bantuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menahan negara lain untuk tidak menutup dan mengendalikan perbatasannya. Sementara, China menutup perbatasan internal dan membatasi perjalanannya.
"Tapi mengizinkan warga negaranya pergi ke seluruh dunia termasuk ke Eropa yang akhirnya membuat orang-orang yang berwisata ke Eropa menyebar penyakit ke seluruh AS," kata Azar.
Alasan ketiga kunjungannya ke Taiwan, kata Azar, adalah untuk memperlihatkan Taiwan dapat membantu forum kesehatan internasional. Azar menegaskan selama empat tahun Partai Komunis China selalu menghalangi Taiwan untuk mendapatkan status pengamat di sana.
Azar mengatakan selama tiga tahun terakhir ia mencoba mengembalikan status tersebut. Sebab, menurutnya Taiwan garda depan dalam isu penyakit menular. Bagi Azar, Taiwan telah menjadi contoh dalam mengatasi penyakit menular.
"Mereka juga transparan, mematuhi peraturan kesehatan internasional dan dunia pantas untuk mempelajari dari pakar dan pengalaman pulau itu," kata Azar.