Rabu 12 Aug 2020 18:32 WIB

Menanti Kesiapan Industri Pendukung Mobil Listrik Tanah Air

kesiapan produksi baterai kendaraan listrik, sedang dijajaki kerjasama internasional

Rep: Rizky Surya/ Red: Hiru Muhammad
Pengemudi taxi melakukan pengisian daya pada mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN di Kantor PLN Disjaya, Gambir, Jakarta, Selasa (28/1).
Foto: Republika/Prayogi
Pengemudi taxi melakukan pengisian daya pada mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN di Kantor PLN Disjaya, Gambir, Jakarta, Selasa (28/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Keberadaan kendaraan listrik di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian serius pemerintah dan industri otomotif. Sejumlah pabrikan asal Jerman, Jepang, Korea dan Cina juga sudah mulai serius menawarkan produk unggulan kendaraan listrik mereka sebagai uji coba ke pasar nasional. 

Pemerintah Indonesia telah memberi dukungan agar kendaraan listrik digunakan secara masif usai diterbitkannya Peraturan Presiden No.55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.

Kepala Balai Besar Teknologi Konversi Energi-Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (B2TKE- BPPT) Mohammad Mustafa Sarinanto menyebut saat ini ada dua mobil listrik nasional yang siap, yaitu MAB (jenis bus) dan GESITS (roda dua). Kedua kendaraan itu mengandalkan disain dan rancangbangun sendiri. Sedangkan yang mengandalkan disain dan rancangbangun luar negeri atau berafiliasi dengan merek luar negeri juga ada lagi.

Dalam hal kesiapan produksi baterai kendaraan listrik, Sarinanto menyebut BUMN sedang menjajaki kerjasama dengan mitra internasional. Selain itu, Pertamina memberi dukungan kepada akademisi dalam negeri seperti Universitas Negeri Solo (UNS) untuk menginisiasi pengembangan produk baterai nasional.

"Investor asing tampaknya dijajaki oleh BUMN, masih dalam pembahasan intensif untuk skema terbaik. Kekayaan alam Indonesia akan bahan baku baterai untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) ini merupakan sebuah kesempatan yang sangat bagus untuk menjadi pemain global baterai KBLBB," kata Sarinanto pada Republika, Rabu (12/8).

Kemajuan teknologi kadang menimbulkan masalah bagi lingkungan. Begitu pun bateria kendaraan listrik yang berpotensi menjadi limbah berbahaya. Terkait itu, saat ini disiapkan skema teknologi dan industri tentang penanganan limbah baterai atau daur ulang baterai.

"Yang ingin dioptimalkan adalah daur ulang bahan bakunya yang masih dapat diolah menjadi baterai kembali. Berbeda dengan baterai kimia yang menghasilkan limbah kimia, baterai KBLBB umumnya baterai kering yang lebih memungkinkan didaur ulang secara efektif," jelas Sarinanto.

Jika kendaraan listrik ingin digunakan secara masif tentu tak bisa lepas dari peran Usaha Kecil Menengah (UKM). Sarinanto menerangkan kendaraan terdiri dari banyak komponen yang mana dapat didukung UKM dalam pasokan komponen pendukung.

Apalagi, ekosistem KBLBB meliputi banyak aspek mulai dari kendaraan, baterai (dan penggantian baterai), stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU), bisnis model, penyediaan listrik baik dari energi terbarukan maupun smart grid. Kehadiran mobtrik akan menciptakan peluang usaha."Ini memungkinkan banyak pihak terlibat dalam penerapan KBLBB ini. Sehingga potensi keterlibatan IKM (industri kecil dan menengah) sangat luas dalam penerapan KBLBB," ujar Sarinanto. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement