REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Biomolekuler Eijkman Institute, Amin Soebandrio menilai target produksi 250 juta vaksin Covid-19 pada akhir 2020 yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum tentu bisa tercapai. Menurutnya, pemenuhan target tersebut sangat bergantung pada kesiapan industri atau pabrik.
"Realistis atau tidak ya tentu tergantung dari kesiapan industri atau pabrik bisa atau tidak, tapi tentu tidak bisa sembarangan menyatakan seperti itu," kata Amin Soebandrio di Jakarta, Rabu (12/8).
Meskipun, dia berharap target tersebut benar-benar dapat dipenuhi PT Bio Farma sebagai produsen vaksin. Dia mengatakan, ketersediaan vaksin akan membantu pemulihan masyarakat Indonesia dari penyebaran virus SARS-CoV-2 alias Covid-19.
Amin memprediksi, Indonesia setidaknya membutuhkan paling sedikit 350 juta dosis vaksin hingga akhir 2020. Dia mengatakan, angka itu dihitung berdasarkan 70 persen dari total seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 175 juta orang dengan dua kali dosis vaksinasi.
"Jadi 175 kalikan dua sekitar 350 juta dosis. Kalau bisa diselesaikan satu tahun bisa sangat baik, tapi tentu tidak mungkin diselesaikan dalam waktu satu pekan karena untuk mencapai seluruhnya tidak mudah," katanya.
Artinya, dia mengatakan, target produksi 250 juta vaksin pada akhir tahun ini masih di bawah jumlah yang diharapkan. Dia melanjutkan, meski demikian jumlah tersebut dapat dimanfaatkan bagi warga prioritas di Indonesia.
Amin enggan berbicara lebih lanjut terkait realisasi produksi 250 juta vaksin Covid-19 tersebut. Menurutnya, hal yang berkenaan dengan kapasitas produksi merupakan domain Industri atau kepada Bio Farma di Indonesia.
"Diharapkan keseluruhannya dicapai 70 persen tapikan belum tentu akan bisa dipenuhi dalam enam bulan. Penyediaan di pabrik si mungkin bisa tetapi proses pemberian vaksinasi ke penduduk juga tidak mudah, ada daerah terpencil sehingga proses distribusi juga akan sulit," katanya.
Pada Selasa (11/8), Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau langsung pelaksanaan uji coba penyuntikan vaksin pertama terhadap 1.620 relawan di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat. Jokowi berharap, uji klinis tahap tiga vaksin hasil kerja sama antara PT Bio Farma dengan perusahaan bioteknologi asal Cina, Sinovac ini dapat selesai dalam 6 bulan.
Jokowi juga menargetkan, produksi massal vaksin ini sudah dapat dilakukan pada Januari 2021 nanti. Sehingga, vaksin dapat segera diberikan kepada seluruh masyarakat.
“Kita berharap uji klinis yang ketiga ini nantinya insyaallah akan diselesaikan dalam enam bulan ini. Dan kita harapkan nanti di bulan insyaallah di bulan Januari, kita sudah bisa memproduksi dan sekaligus juga, kalau produksinya sudah siap langsung diberikan vaksinasinya kepada seluruh masyarakat di Tanah Air,” ujar Jokowi saat konferensi pers.
Saat ini, kapasitas produksi Bio Farma diketahui mampu untuk memproduksi vaksin dalam jumlah 100 juta dosis per tahun dan tengah dikembangkan lebih lanjut sehingga pada akhir tahun nanti mampu meningkatkan kapasitasnya hingga mencapai 250 juta dosis vaksin per tahun.
“Artinya vaksin inilah nanti yang akan digunakan untuk vaksinasi di Tanah Air,” ucapnya.
Hubungan Eksternal Bio Farma, Yuni Miyansari mengungkapkan bahwa Bio Farma memang memiliki kapasitas untuk memproduksi 250 juta vaksin akhir tahun nanti. Namun, hal itu akan bergantung dari uji klinis yang saat ini tengah dilakukan.
"Secara kapasitas memang mampu segitu, tapi bukan berarti di akhir tahun ini bisa diproduksi karena ini masih tahap uji klinis. Jadi baru bisa produksi itu di tahun depan di 2021," katanya.