Rabu 12 Aug 2020 20:06 WIB

Presiden Yaman Periksa Kesehatan ke AS

Presiden Yaman sebelumnya menjalani operasi jantung

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Presiden Yaman Abdrabbuh Mansour Hadi (tengah) melambaikan tangan saat dia berada di Aden, Yaman.
Foto: AP Photo/Wael Qubady
Presiden Yaman Abdrabbuh Mansour Hadi (tengah) melambaikan tangan saat dia berada di Aden, Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Presiden Yaman, Abdrabbuh Mansur Hadi terbang ke Amerika Serikat (AS) pada Rabu (12/8) untuk menjalani pemeriksaan medis. Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan, Hadi akan menjalani pemeriksaan medis di Cleveland.

"Hadi dalam keadaan sehat," ujar pejabat senior yang enggan menyebutkan namanya itu, dilansir Anadolu Agency.

Baca Juga

Pejabat senior itu mengatakan, Hadi telah menjalani operasi jantung pada Mei lalu. Dia dijadwalkan pergi ke AS untuk melakukan pemeriksaan medis pada bulan lalu. Namun perjalanannya tertunda karena pandemi virus corona. Hadi telah beberapa kali melakukan perjalanan ke AS untuk pemeriksaan kesehatan terkait kondisi jantungya.

Yaman telah dilanda kekerasan dan ketidakstabilan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu kota Sanaa. Koalisi pimpinan Saudi yang bertujuan memulihkan pemerintah Yaman telah memperburuk situasi. Hal itu menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dan Yaman berada di ambang bencana kelaparan.

Krisis pangan di Yaman diprediksi bakal meningkat tajam dalam enam bulan ke depan. Hal itu disebabkan oleh penurunan kegiatan ekonomi akibat pandemi virus corona yang berkepanjangan. Badan-badan internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan Yaman.

Sebuah laporan dari World Food Programme (WFP) menyebutkan bahwa, PBB dan FAO mengatakan jumlah orang yang bakal mengalami kerawanan pangan akut akan meningkat menjadi 3,2 juta orang di bagian selatan Yaman. Konflik Yaman setidaknya telah menewaskan lebih dari 100 ribu orang dan menciptakan bencana kemanusiaan terburuk di dunia. Lebih dari tiga juta orang mengungsi secara internal, dan dua pertiga penduduknya bergantung pada bantuan makanan untuk bertahan hidup.

Negara-negara donor baru-baru ini mengurangi bantuan ke Yaman akibat pandemi virus corona. Para donatur pun khawatir bantuan tersebut mungkin tidak akan mencapai penerima yang dituju di wilayah yang dikuasai Houthi yang didukung Iran. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement