Rabu 12 Aug 2020 21:26 WIB

Prospek Bisnis Perkebunan Sawit Cerah

Dalam lima tahun terakhir, luas areal perkebunan sawit meningkat

Rep: mursalin yasland/ Red: Hiru Muhammad
Foto udara suasana lahan perkebunan kelapa sawit dikawasan Bandar Lampung, Selasa (15/12).
Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
Foto udara suasana lahan perkebunan kelapa sawit dikawasan Bandar Lampung, Selasa (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG--Prospek perkembangan industri kelapa sawit Indonesia mengalami peningkatan baik dari areal maupun produksi. Tahun 2019, luas areal sawit 14,7 juta hektare (ha), sebagian besar diusakan perusahaan besar swasta, negara dan perusahaan rakyat.

SEVP Operation II PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII Dicky Tjahyono mengatakan, tahun 2019 luas areal perkebunan kelapa sawit tercacat mencapai 14,7 juta hektare (ha). Sebagian besar diusahakan Perusahaan Besar Swasta (PBS) seluas 8,1 juta ha (54,75 persen), Perusahaan Besar Negara (PBN) seluas 627.042 ha (4,26 persen), dan Perusahaan Rakyat (PR) seluas 6.035.742 ha (40,99 persen).

Dia menerangkan, selama lima tahun terakhir (2015-2019), luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 6,3 persen. Terkecuali pada tahun 2016 luas areal kelapa sawit sedikit mengalami penurunan sebesar 0,5 persen atau berkurang seluas 58.811 ha.

Peningkatan terbesar, kata dia, terjadi pada tahun 2017 sebesar 25,4 persen atau bertambah seluas 2,8 juta ha.  Dari tahun 2015 hingga tahun 2019, total luas areal kelapa sawit bertambah seluas 3,7 juta hektar.

Menurut dia, peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit dari tahun ke tahun menunjukkan sektor industri sawit masih terus tumbuh, terutama oleh pengusahaan Perkebunan Besar Swasta. “Namun sayangnya hal ini tidak dapat dimanfaatkan oleh Perkebunan Besar Negara yang terlihat tidak menunjukan perkembangan luas areal yang signifikan,” papar Dicky pada talkshow bertema “Perkebuanan, Peternakan, dan Perikanan Mensejahterakan Rakyat Di Era New Normal” di Bandar Lampung, Selasa (12/8).

Sedangkan untuk produksi, dia menjelaskan, rata-rata produktivitas minyak sawit per hektare di Indonesia masih sangat rendah. Tingkat produktivitas tahun 2015-2019 tidak banyak mengalami peningkatan bahkan cenderung stagnan. Untuk produktivitas berdasarkan total luas kebun sawit adalah sebanyak lebih dari 2,7 ton per ha, sedangkan untuk produktivitas berdasarkan total kebun yang sudah TM sebanyak lebih dari 3,6 ton per hektar.

Mengenai harga, Dicky menyebut, tren harga CPO yang mengalami kenaikan memasuki tahun 2020, industri minyak sawit Indonesia menghadapi sejumlah problem. Ada tren penurunan produksi di awal tahun sebagai dampak kemarau panjang 2019, baik jumlah dan ukuran tandan buah segar sawit.

Harga sawit sebagai minyak nabati sebagian diserap untuk kebutuhan primer (makanan dan energi). Pandemi Covid-19 tidak serta-merta membuatnya mengkerut. Sejumlah negara yang berpandemi Covid-19 seperti Mesir, Pakistan, India, dan Bangladesh tetap menunjukkan permintaan yang tinggi. Tiongkok dan Amerika juga tetap menjadi pasar potensial.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement