REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Bukhari merupakan maestro di bidang keilmuan hadits. Berbagai karya telah berhasil beliau ciptakan, salah satunya karya monumental berjudul Al-Jami’ As-Shahih Al Mukhtashar min Umur Ar-Rasululillah SAW wa Sunanih wa Ayyamih.
Dalam buku Al-Bukhari dan Metode Kritik Hadis karya Mohammad Nabiel dijelaskan, kitab tersebut merupakan kitab penulisan hadits terbaik yang mampu memenuhi kebutuhan pada masanya. Ulama sebelumnya dalam mengodifikasikan hadis masih mencampuradukkan antara hadits shahih dan dhafi, atau antara hadits mu’alal dan syadz.
Bahkan terkadang mencantumkan pembahasan tentang jarh wa ta’dil dan beberapa teori hadis. Hal inilah yang membuat kalangan umum (selain pakar hadits) sulit memahami kitab-kitab hadits karya ulama sebelum Al-Bukhari.
Oleh karenanya, kebutuhan yang mendesak itu menjadi alasan bagi Al-Bukhari mengodifikasikan hadits-hadis shahih saja. Imam Bukhari menggunakan sistematika penulisan kitab Jami, yakni mengodifikasi hadits berdasarkan sembilan tema. Tema tersebut adalah akidah, hukum, perbudakan, tata cara makan dan minum, bepergian dan tinggal di rumah, tafsir, sejarah, perilaku hidup, dan pekerti yang baik dan yang buruk.
Di sisi lain, penulisan kitab Al Jami’ As-Shahih juga bertujuan meluruskan paham-paham bid’ah yang terjadi di kalangan golongan Murji’ah, Muktazilah, Jahmiyah, Nashibiyah, dan Syiah. Begitu juga dengan paham bid’ah yang tumbuh subur di kalangan sufi.