REPUBLIKA.CO.ID, Tujuh orang anak-anak belajar di sekretariat Rukun Warga (RW) 09, Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, tepatnya di Perumahan Bumi Malayu, Rabu (12/8). Mereka belajar dengan hanya beralaskan karpet di teras halaman sekretarian RW itu.
Sejumlah anak-anak di lingkungan itu memang belajar di sekretariat RW sejak sepekan terakhir. Sebab, pihak RW telah menyediakan wifi gratis untuk memfasilitasi anak-anak sekolah yang belajar dari rumah secara daring.
Salah satu anak yang belajar di tempat itu, Hilda Brigita (14 tahun) mengaku, sangat terbantu dengan adanya fasilitas Wifi gratis dari RW tempat tinggalnya. Sebab, saat ini, jaringan internet menjadi hal yang paling dibutuhkan siswa selama belajar dari rumah.
"Sangat terbantu, meski internetnya kadang lambat kalau banyak orang yang pakai," kata siswi yang masih duduk di kelas IX SMP itu ketika Republika berkunjung, Rabu (12/8) pagi.
Hilda mengaku, baru hari ini belajar di sekretariat RW 09. Sebelumnya, dia selalu belajat di rumahnya. Namun, temannya memberitahu ada wifi gratis di kantor RW untuk belajar. Karena itu, dia mencoba datang dan merasakan belajar di kantor RW itu.
Dengan adanya fasilitas internet wifi itu, dia berharap, pengeluarannya untuk membeli kuota internet setiap bulannya akan semakin berkurang. Sebab, selama belajar dari rumah, pengeluarannya untuk membeli internet meningkat. Untuk kuota internet satu bulan, dia biasa menghabiskan uang sekira Rp 60 ribu.
"Soalnya kalau belajar dari rumah itu materinya dikasih lewat Google Classroom. Koutanya jadi boros sering pakai aplikasi itu," kata dia.
Anak lainnya yang belajar di tempat itu, Amelia Haura (15) mengatakan, adanya layanan internet gratis itu sangat membantu siswa yang belajar dari rumah. Sebelumnya, dia selalu belajar di rumahnya. Namun, jaringan internet di rumahnya tak stabil, sehingga terkadang mengganggu proses pembelajarannya. "Pas sekarang ada fasilitas ini, terbantu banget," kata perempuan yang baru masuk SMA itu.
Menurut dia, kendala utama belajar dari rumah bagi siswa adalah ketersediaan internet. Dia mengatakan, sejak proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dilakukan secara daring, anggaranya untuk membeli kuota internet meningkat 100 persen.
Amelia mencontohkan, sebelum KBM dilakukan secara daring, dalam sebulan hanya perlu Rp 70 ribu untuk membeli kuota internet. Namun, sejak proses KBM dilakukan secara daring, pengeluarannya untuk membeli kota internet membengkak menjadi Rp 150 ribu per bulan.
"Banyaknya habis buat buka Google Classroom dan Zoom. Mudah-mudahan dengan ada Wifi gratis ini pengeluaran bisa lebih kecil," kata dia.
Meski telah ada layanan internet gratis, Amelia berharap, sekolah dapat kembali dibuka secara normal. Sebab, menurut dia, materi pelajaran lebuh mudah dipahami jima disampaikan secara langsung.
"Orang tua saya juga maunya sekolah normal lagi, daripada di rumah tidak fokus," kata dia.
Anak-anak yang belajar di sekretariat RW itu bukan hanya siswa tingkat SMP dan SMA. Beberapa di antara mereka juga ada yang masih duduk di bangku SD. Salah satunya adalah Darel (9) yang masih kelas III SD.
Seperti Hilda dan Amelia, Darel juga harus balajar melalui daring selama pandemi Covid-19. Aplikasi yang digunakan adalah WhatsApp dan Zoom. Namun, sekali dalam sepekan ia juga mendatangi guru untuk mengumpulkan tugas.
Darel mengaku, sengaja belajar di sekretariat RW 09. Bukan untuk mendapatkan internet gratis, melainkan lantaran di tempat itu ia bisa berkumpul juga bersama teman-temannya yang lain. "Soalnya kalau di rumah sendirian kadang bosen," kata dia.
Inisiasi Warga
Ketua RW 09, Yusep Tresna mengatakan, pemasangan jaringan wifi di sekretariat RW itu merupakan menginisiasi warga setempat. Hal itu didasari keprihatinan warga kepada anak-anak yang kadang kesulitan internet untuk belajar.
"Dengan biaya alakadarnya, bisa dipasang. Alhamdulillah anak-anak bisa belajar di sini," kata dia.
Dia menambahkan, meski wilayahnya termasuk adalah lingkungan yang cukup padat penduduk, tidak seluruh masyarakatnya merupakan golongan menengah atas. Masih ada orang tua yang kesulitan untuk membelikan kuota internet anaknya.
Belum lagi, lanjut dia, tak semua provider memiliki jaringan yang stabil di wilayah itu. "Memang di sini sinyal gak susah. Kemampuan masyarakat kan tidak semua sama. Ada yang mampu ada juga yang sulit pasti. Dengan adanya ini, ada yang terbantu juga," kata dia.
Menurut dia, sejak sepekan terakhir, ada sekira sembilan anak yang biasa belajar di sekretariat RT. Anak-anak itu sengaja disuruh belajar di teras kantor agar tak pengap jika belajar di dalam ruangan.
Tak hanya menyediakan internet gratis untuk anak-anak, pihak RW juga menyiapkan seorang relawan pengajar yang mendampingi anak-anak belajar di sekretariat RW. Dengan begitu, anak-anak dapat dengan fokus belaja serta penerapan protokol kesehatannya dapat dilakukan dengan maksimal.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman mengpresiasi dan berterima kasih kepada RW 09 yang memiliki inisiatif untuk memfasilitasi siswa belajar dengan fasilitas internet publik. "Kalau ada perumahan memfasilitasi itu, ya saya mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan dicontoh oleh perumahan lain," kata dia.
Menurut Helmi, kebutuhan internet sangat dibutuhkan oleh masyarakat, terutama saat ini pendidikan memanfaatkan daring. Menurut dia, tak jarang terdapat keluhan dari masyarakat terkait meningkatnya anggaran rumah tangga untuk membeli pulsa selama belajar dari rumah. Karena itu, adanya inisiatif warga untuk menyediakan internet gratis akan sangat membantu masyarakat yang lainnya.